Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Srikendi Mencari Cinta Episode Persiapan Lamaran

12 Januari 2019   23:20 Diperbarui: 13 Januari 2019   01:02 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : Karya sasmitawinata-barli-mutual-art

Cerita sebelumnya ....

Siang yang menyengat di Desa Gagah Dara. Semenyengat kabar akan dilamarnya Srikendi putri semata wayang mbok Lurah oleh Thoyib,pemuda kaya mendadak. Halaman rumah mbok lurah yang bersuami saudagar beras itu tengah dipasangi "terob" alias tenda bukan berwarna biru. Sedari pagi hampir semua pedagang sayur, ikan, daging ayam, telur, hingga jajanan pasar mengalihkan sebagian dagangannya ke rumah keluarga terpandang level kampung itu. Sebagian diborong, sebagiannya lagi pedagang itu berikan sebagai bentuk pelunasan "hutang" yang harus dibayar atas "piutang mbok lurah kepada pedagang itu saat mereka memiliki hajat.

Begitulah sebuah tradisi Kampung. Saat ada seseorang yang hendak punya hajat entah itu Mantu (menikahkan anak), atau Sepitan (sunatan) hingga hajatan lain, maka lazim orang yang punya kemampuan ekonomi berlebih akan titip sumbangan berupa bahan makanan yang dibutuhkan. Biasanya berupa beras, daging ayam, telur, minyak goreng, hingga rokok. Jumlahnya lumayan banyak. Ukuran beras, minimal titip sumbang berkisar antara 25-100 kg. Begitupun telur , minyak dan rokok yang diberikan dalam jumlah hitungan pak.

"mbok, tolong panggilkan pak carik" pinta Srikendi pada sang ibu yang pernah menjabat sebagai kepala desa selama lebih dari 32 tahun.

Mbok Lurah yang tengah sibuk mondar mandir menerima tamu informalnya itu "ngelus dada". Tidak mengerti apa yang menjadi "karep" alias keinginan Srikendi. Anak gadisnya itu mau menerima lamaran si Thoyib dengan syarat ada perjanjian pranikah.

Seumur-umur mbok lurah menjadi Kepala desa di Gagah Dara, baru kali ini dia mendengar ada perjanjian segala. Seperti mau jual beli tanah saja, begitu dia menanggapi kehendak anak perempuannya.

"Kang Carikmu masih di Balai desa, masih ada rapat LKMD, nanti setelah selesai rapat dia baru bisa kesini" terang mbok lurah panjang lebar menjawab permintaan Srikendi.

"Kalo begitu, tolong kasih ini saja ke Pak Carik, minta tolong diketik rapi"

"Nanti malam pas acara lamaran, surat  itu harus sudah siap"

"Kalo tidak ada surat itu, mending lamarannya batal saja" Tangan Srikendi mengulurkan beberapa lembar  kertas berisi tulisan tangan seraya mempertegas apa yang jadi kehendaknya

Mbok lurah menerima kertas-kertas itu dari tangan Srikendi, berulang  tampak ia mengeleng-gegelengkan kepala sembari menarik nafas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun