"Indonesia adalah Negeri Subur yang Dikuasai Mental Impor,"
Saya tidak sedang membandingkan dua Negara demi memuja satu dan merendahkan yang lain. Tapi kalau kita jujur, pertanian Indonesia saat ini tertinggal sangat jauh. Dan bukan karena nasib atau alam, tapi karena kita sendiri.
Sudah puluhan tahun kita menyebut diri "Negara agraris." Tapi sampai hari ini, detik ini. Para petani kita masih miskin, panen tak dihargai, dan kebutuhan pokok tetap tergantung pada kapal impor. Sebuah ironi yang sangat memalukan. Sementara Tiongkok melesat dengan pertanian yang makin canggih dan strategis, Indonesia masih terjebak di lumpur birokrasi dan permainan para kartel.
Apa kita tidak malu?
Tiongkok Negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia ini bisa memberi makan warganya sendiri. Mereka tak cuma swasembada, mereka bisa ekspor. Dari beras hingga produk hortikultura, dari hasil laut hingga peternakan, semuanya dikelola dengan strategi jangka panjang, teknologi modern, dan ekosistem yang menyatu.
Mereka tidak bermain-main dengan pertanian. Mereka bentuk kebijakan jangka panjang, keluarkan anggaran besar untuk riset, dan gunakan teknologi paling mutakhir. Kenapa, karena mereka tahu. siapa yang menguasai pangan, menguasai masa depan.
Sementara kita? Pemerintah sibuk pencitraan dengan panen raya untuk dokumentasi di depan kamera, lalu diam seribu bahasa saat harga anjlok. Petani hanya jadi pemanis di baliho kampanye. Mereka dihargai saat dibutuhkan, ditinggal saat selesai difoto.
Food estate? Gagal. Pupuk bersubsidi? Bocor. Harga gabah? Dipermainkan tengkulak.
Indonesia? Negeri yang katanya "gemah ripah loh jinawi" malah sibuk impor beras, cabai, sampai garam. Petani dibiarkan bertarung sendirian di medan yang timpang. pupuk mahal, harga panen tak menentu, Ini bukan ketidaktahuan, ini pengkhianatan kepada rakyat.
Tiongkok bangun koperasi digital, kita bangun proposal fiktif.
Tiongkok pakai drone dan AI, kita masih pakai cangkul dan berharap hujan.
Tiongkok beri akses pasar global, kita kasih utang KUR yang tak selesai dibayar.
Siapa yang diuntungkan dari semua ini? Bukan petani. Tapi para mafia, para tengkulak, dan tentu saja mereka para elit-elit yang nyaman duduk di kursi kebijakan yang empuk tanpa pernah turun ke lapangan, parahnya.
Sudah waktunya kita berhenti membohongi diri sendiri, Pertanian Indonesia bukan mundur karena takdir, tapi karena dikhianati oleh sistem yang sudah dikuasai mentalitas jangka pendek, korup, dan malas berpikir panjang.