Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu...

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pariwisata Bali Sudah "Parah" Melanggar Ajaran Hindu

3 September 2011   02:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:16 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya adalah Muslim berdarah Bali. Saya cinta tanah air Bali, karena saya hidup di Bali dan mengais rezeki di Bali. Bukan bermaksud buruk jika tulisan ini saya beri judul "Pariwisata Bali Sudah "Parah" Melanggar Ajaran Hindu" Parahnya dimana ? Lihat gambar ini dulu : Saya akan bercerita tentang pengalaman pribadi saya :

Di Tahun 2007, berdirilah sebuah cafe di samping ruko tempat kami sekeluarga tinggal. Ini  menjadi masalah besar buat saya dan keluarga. Setiap pukul 19.00 Waktu Denpasar,  di depan cafe itu akan berdiri gadis-gadis muda (kadang 5 sampai 10 orang)  mengenakan pakaian minim sambil merokok di pinggir jalan raya Tukad Batanghari, Panjer, Denpasar.  Bagi saya, ini sudah keterlaluan, karena jam 7 malam aktivitas jalan raya sangat ramai dan mengganggu kelancaran lalin dan ketentraman rumah tangga. Ini terus berjalan setiap hari. Belum dentuman musik dan botol alkohol berserakan di pinggir jalan raya. Sungguh pemandangan yang memuakkan. Apalagi ini daerah pemukiman. Saya bukan orang yang suka kekerasan. Satu-satunya jalan pikiran saya saat itu adalah lapor pada pihak aparat berwenang. Pertama, saya datangi Satpol PP Denpasar. Saya beserta istri bercerita tentang caffe dekat ruko yang jam 7  malam sudah jualan "daging segar". Istri saya sempat menguraikan betapa bahayanya azab dari Tuhan bila ada maksiat kita diam saja. Istri : "Pak, kalau di keyakinan kami (Islam), Tuhan akan kasih hukuman, 40 rumah terdekat, akan terkena azab Tuhan jika didiamkan saja. Tolong kami Pak, segera tindak caffe itu " Petugas Satpol PP : "Bu, selama caffe itu tidak  mengganggu suami ibu dan rumah tangga ibu, ya ndak ada masalah. Bilang saja sama Tuhan ibu, kalau kasih hukuman ya jangan merembet ke tetangga dong" (sambil tersenyum - senyum )... Astaghfirullah... kami pun pulang dengan perasaan hampa dan sedih tak karuan. Kami tak pantang menyerah, kami lapor polisi. Apa jawaban Polisi ? "Kalau selama tidak ada laporan kasus selingkuhnya suami anda dengan salah satu pegawai caffe, atau ada tindak kekerasan RT karena caffe itu, ya No Problem" Akhirnya lemas hati kami. Sudah 3 Bulan kami pasrah. Kami hanya berdoa pada Allah. "Ya Allah, BERI KEPUTUSAN  MU pada Cafe itu" Doa kami dikabulkan Allah. Selang bulan berikutnya. Tiba-tiba cafe itu dibeli seorang pengusaha besi. Cafe diganti dengan toko besi dan logam. Alhamdulillah....

Pariwisata Bali memang "PARAH". Parah karena melanggar konsep Tri Hita Karana (Konsep keseimbangan). Parah karena  melanggar ajaran Hindu dan Islam. Dua agama yang dianut mayoritas penduduk Bali. Tapi, saya hanya akan memfokuskan pada ajaran Hindu saja yang notabene dipeluk oleh Petugas Satpol PP dan Pak Polisi yang saya beri laporan. **AJARAN HINDU LARANG PROSTITUSI & MIRAS Dalam pandangan umat Hindu pelacuran sangat sangat dilarang, karena dalam Hindu, tubuh wanita itu ibarat susu kehidupan bagi generasi keberikutnya, mereka yang memperjual belikan susu kehidupan dalam pandangan hindu hukumnya adalah kutukan seumur hidup. Dalam weda sendiri yang merupakan kitab suci umat hindu pelacuran disebutkan sebagai sesuatu yang selain dipantangkan juga akan mendapatkan kutukan sebanyak 7 turunan. (Sumber ; Wikipedia) Kitab suci Rgveda Mandala X Sukta 34 Mantra 3,10 dan 13 dengan tegas melarang orang berjudi. Berjudi itu dapat menyengsarakan keluarga. Manawa Dharmasastra IX, sloka 221 sampai dengan 228 menegaskan pelarangan berjudi, minuman keras yang disebutkan sebagai pencurian tersamar. Judian bertaruh dengan uang disebut Dyuta sedangkan kalau bertaruh dengan benda disebut Samahwaya. Sloka 221 Manawa Dharmasastra tersebut menyatakan bahwa berjudi dan minuman keras hendaknya dilarang dilakukan di semua wilayah pemerintahan karena hal itu akan dapat menghancurkan negara dan merosotnya generasi muda. (Sumber : Hindu-Indonesia.com) Berjudi, minuman keras, prostitusi dan orang-orang kejam harus dijauhkan dari semua wilayah negara karena kebiasaan buruk itu segera akan mengganggu dan mempengaruhi penduduk yang baik-baik. Judian dan minuman keras selalu menjadi sumber permusuhan dalam masyarakat. Hendaknya benar-benar diupayakan setidak-tidaknya areal pura dan kegiatan beragama dapat dibersihkan dari judian, minuman keras dan orang-orang kejam. Apalagi kalau orang kejam itu menjaga judian dengan berpakaian pecalang. Hal ini akan dapat merusak citra pecalang sebagai petugas adat yang mulia itu. Kegiatan beragama seperti itu jelas akan dijauhi oleh mereka yang ingin dengan ketulusan hati memuja Tuhan dalam prosesi keagamaan yang semesti bersuasana suci itu. kebijakan Kapolda Bali Irjen. Pol. Drs. I Made Mangku Pastika menyasar pada tiga persoalan krusial dalam masyarakat di Bali. Tiga persoalan tersebut adalah tajen plus judi togel, narkoba dan prostitusi. Seyogianya umat Hindu di Bali mengacungkan jempol pada kebijakan tersebut. Karena tiga persoalan itu makin menggeser kedudukan Pulau Bali dari Pulau Dewata menjadi Pulau Asura. Kegiatan beragama Hindu di Bali semestinya dapat didayagunakan untuk membangun kekuatan jiwa dan raga mencegah makin merebaknya judian, minuman keras dan prostitusi dalam masyarakat Bali.

Menurut keyakinan agama Hindu sesungguhnya Tuhan itu maha pengasih, ibarat matahari tidak pernah absen menyinari alam ini. Karena itu janganlah kasih Tuhan itu ditutup dengan gelapnya mendung Rajah-Tamah. Marilah berbagai kegiatan beragama dijadikan media untuk mencegah hal-hal yang dinyatakan krusial dalam masyarakat oleh Kapolda Bali itu. Karena kebijakan itu justru untuk menyelamatkan Bali agar tetap menjadi Pulau Dewata, tidak bergeser menjadi Pulau Asura. Antara aparat penegak hukum, para birokrat di pemerintahan daerah, pemuka-pemuka agama, tokoh adat dan budaya menyatukan persepsi dan visi untuk memberantas makin merebaknya perjudian, minuman keras, makin merajalelanya orang-orang kejam seeperti premanisme yang sudah jelas meracuni masyarakat Bali. Kita pasti akan merasa malu kalau dalam pulau yang dijuluki Pulau Dewata ini masih merajalela sifat-sifat asura.

Kalau Pulau Bali sampai bergeser terus mengarah menjadi Pulau Asura berarti kegiatan beragama yang kita lakukan belum berhasil membangun sifat-sifat Satwam dalam masyarakat sebagai tujuan melakukan kegiatan beragama.

(Sumber : Hindu-Indonesia.com) Sekali lagi maaf  jika pemaparan ini hanya mengungkap ajaran Hindu yang "luhur" dan ternyata tidak diterapkan oleh Bapak-bapak aparat yang terhormat. Salam Damai & Sejahtera Dari Seorang muslimin di Denpasar yang cinta kerukunan dan tidak suka bila Bali "leteg"(kotor) H. Agung Soni "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri Beriman dan Bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al A'raf, 7: 96)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun