“Kamu tidak apa apa win” ucap anto tergesa menghampiri winda.
“ee….gak, gak papa mas” balas winda
Winda melenguh, ‘huft”, dalam hatinya berkata, “ah, Cuma mimpi rupanya”.
Setengah hari ini, winda merasakan hambar, tanpa rasa, tapa semangat, tanpa selera. Aktivitasnya dikantor pun tak membuatnya semangat seperti minggu minggu yang lalu. Dia masih terpikirkan mimpinya semalam. Mimpi itu mengusik harinya.
“what happen with me” kata winda pelan.
konsentrasi pada pekerjaannya pecah, tak tau apa yang mesti ia kerjakan di kantor. Dengan langkah malas, winda menuju dapur di kantornya yang berada tidak jauh dari ruang kerjanya. Diambilnya cangkir, satu sendok kopi tak lupa creamer, dituangkannya air panas dari dispenser di dapur. Sambil duduk dan sesekali menikmati secangkir kopi, Pikirannya belum bisa jauh dari mimpi semalam.
“apa aku merindukan toni ya..?, kenapa dua hari ini aku memimpikannya terus, mimpi yang bersambung pula” pikir winda dalam hati.
Yang keluar dari mulutnya hanya lenguhan, “huhhf, what happened with me”.
Tapi memang yang dirasakan winda beberapa hari ini adalah kerinduan akan sosok toni, mantannya dulu sebelum winda menikah dengan anto, yang kini entah berada dimana ia.
Mendadak winda ingin sekali pulang ke rumah orang tuanya, yang memang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya sekarang. “Drrrrrrrrrtt……drrrrrttttt…” ponselnya bergetar, hanya nomor yang tampak dilayar ponselnya. Penasaran, diangkatnya telepon tanpa nama itu,
“halo, assalamualaikum…”winda menjawab telepon.