Di lorong fakultas yang ramai, Rey kehilangan momen yang seharusnya menjadi ucapan selamat tinggal.
Dari langkah kecil menyusuri jalan kampung bersama sang nenek, Bayu menemukan makna keberlanjutan yang akhirnya membawanya hingga forum internasional.
Aku berjalan menepi menghindari hidup bego keramaian yang terjadi
Luas padang kering yang melelahkan Tandus tak memberi harapan Secicilnya petak demi sepetak daratan hijau menguning Lambang keputus-asaan
Terpaan angin di musim hujan ini laksana badai dalam kalbuDinginnya, bisingnya, bahkan porak porandanya pun sama
Tetes-tetes hujan membasahi tanah kering musim semi datang dengan harapan baru
Pagi ini, ku harus antar jemput anakku yang pertama. Maksudnya untuk bersekolah. Harapannya, dia bisa belajar di sekolah.
Musim gugur tahun ini dia jalani seperti biasa Melangkah pelan tertunduk diatas serakan daun-daun kering kekuningan
Menapak merajut menuju lajur garis shirathal mustaqim ...
Ketika sunyi mulai menggema pada jejak Kisah lama tak satupun kenangan menyapa
Aksara digelung sepi Ombak lebur tak berarti
Setiap hsri kita temui pagi hari. Dan setiap jari kita perlu merenung tentang hidup ini
Ada dunia lain. Kadang kita terlempar ke sana tanpa kita sadari.
Dalam rengkuhan angin malam, Pikiranku telah berkelana mengelilingi lima benua dan tujuh samudra, Namun tetap saja tubuhku diselimuti kejenuhan
Ketika pertama jumpa. Rapalan doa adalah harapan yang nyata.
Puisi "Aku" bercerita tentang asa seorang pemudi yang berpantang surut mengejar harap meski lingkungan di sekitarnya tampak tak bersahabat.
Onak berduri berbaris tertib, sang kelana melangkah pasti meraih asa kilau permata
Segala hal yang telah kita upayakan secara maksimal, penuh usaha, doa dan ikhtiar adalah hak preyoregatif Tuhan untuk mengabulkannya.