Ngomong-ngomong soal siskamling, banyak pengalaman dan kisah menarik serta lucu langsung mengantarkan kembali ke masa lampau.Â
Pada tahun 90-an hingga 2000-an, di desa maupun di kota, warga ramai-ramai membuat pos ronda dan jadwal jaga malam. Tapi seiring perjalanan waktu, siskamling  mulai hilang atau digantikan oleh satpam atau petugas keamanan bayaran lainnya.Â
Atau bagi kami di luar Jawa rasanya aman-aman saja jadi tak perlu lagi Siskamling itu. Padahal, sebenarnya ada sesuatu yang hilang ketika kegiatan seperti ini ditiadakan yakni gotong royong dan kebersamaan.
Pada hal dulu kalau ada giliran jaga malam, biar yang selama ini tak pernah nongol di acara bincang-bincang seputar lingkungan, akhirnya keluar juga dari rumah dan bergabung dengan yang lain di pos kamling.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian beberapa waktu lalu melontarkan gagasan meminta para kepala daerah di seluruh Indonesia untuk mengaktifkan kembali Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling).Â
Alasan yang dikemukakan Pak Tito jelas demi kewaspadaan dini maka keamanan lingkungan harus diperkuat supaya masyarakat merasa lebih aman dan nyaman dalam beraktivitas.
Gagasan ini sontak memunculkan pertanyaan pada banyak kalangan dan tak terkecuali saya sendiri: apakah masih ada orang yang mau melakukan pos ronda di kampung-kampung atau komplek perumahan saat ini?
Pada era itu dulu, pos Kamling bukan hanya sekadar sebuah bangunan kecil dengan kursi kayu seadanya di tengah kampung atau di sudut lapangan.Â
Akan tetapi ia merupakan simbol dari sebuah gotong royong dan kebersamaan. Di sana di pos itu, para bapak yang sedang giliran jaga bisa saling bersendagurau, bercerita lucu, tertawa terpingkal-pingkal atau sekadar menyeruput kopi hitam sambil menahan kantuk.Â
Ada yang menghidupkan api sambil membakar ubi, memanaskan air di cerek untuk sebentar minum kopi lagi. Pokoknya ada sesuatu yang  menarik yang tak pernah akan terlupakan ketika menjaga pos ronda bersama-sama. Maka pos ronda atau pos kamling merupakan ruang kebersamaan dan interaksi sosial yang sulit tergantikan.