Is sudah tahu, waktu sedang memungutnya, selembar demi selembar
Hanya ingin menghitung jarak, dari jendela ke bulan
Perihal menemukan dirimu yang utuh di tengah semua kehilangan
Mengapa manusia begitu sering menyembunyikan kata-kata di dalam dada
Di saku celana hanya berisi udara juga doa-doa yang masih sama
Seseorang menambatkan letih perjalanan ... nun, di dalam keikhlasan
Sebentuk ingatan seseorang, berdiam di kegalauan yang panjang
Ketika cinta bukan sebagai bahagia, seperti yang pernah diucap dalam lirih doa
Kita tak pernah benar-benar memilikiny
b hilang, k hilang... dan tugas menanti. pusing cinta.
Setiap yang hilang adalah jejak untuk pulang
Aku adalah perpanjangan tangan dari kebohongan-kebohongan
Sang kumbang wewayang ngambah wengi,ngudhari suwara lir angin ngidul,ngendika lir bisikan ati,ngangsulaken gegayuhan kang wus suwé kumelun.Pucuk kemba
Kami di sini sibuk merdeka, dari akal dan nurani
Hingga akhirnya langit menakik waktu, membabat kisah lama menjadi abu
Segala tentang ketidakpastian katanya, "Biar aku adukan pada Tuhan."
Matahari begitu lelah dan memucat, tak benar-benar memburaikan hangat.
Gila laut, tubuh jadi lagu. Tapi, siapa yang nyanyi?
Selepas azan magrib, seribu doaku ingin berkarib namanya