Nanti, akankah kita rindu? Di saat doa-doa pernah jadi puisi paling gebu
Doa-doa serupa bintang, sebagai terang. Sesuatu yang membuatnya tenang.
Di balik jendela hanya tertinggal heningMencatatkan
TAK HANYA SEKADAR TENTANG ...Adakah yang lebih menyedihkan?Selain secangkir kopi menguarkan aroma kehilanganTidak khianat, dinikmati dalam diamSeperti
SEORANG LELAKI DAN SAKU CELANANYASiang kesekian, seorang lelakiBerjibaku dengan nasibnya sendiriSebab kecemasan tiba-tiba menjelma parangMenghunjam pe
SUNYI DI AMBANG PETANGPukul lima, cuaca rebah di lanskap semestaMengistirahatkan terik sebisa-bisaDi waktu yang sama, seseorang sejenak berdiamMengeja
SELAMAT MALAM, SEPI ...Aduhai sepi, selamat malamAku masih menatapimu diam-diamPada puisi dan sisa ampas kopiJuga kenangan yang aku singgahi beberapa
RINDU YANG MENGUAPMalam ini tak ada yang ditunggu, selain waktu. Sebab dari gegasnya adalah perjamuan yang disuguhkan kepadaku.Barangkali dengan secan
Telah hinggap di kepala yang berdebu Lalu kembali dipertontonkan
SUNYI DI BERANDA KENANGANDi lintasan malam ...Ketika sunyi mengiris pelan kisah silamSeseorang mencari jejak tersisaPada kenangan yang bersarang di ke
SIANG DAN RINDUSiang kesekian ...Seseorang membaca lagi yang hujanManakala angin sebegitu getasBerembus, kemudian gegasMeninggalkan dia di keheninganD
Harusnya kita sadar akan kesepian yang telah akrab dengan arah kepergian
LAGU KEHIDUPAN DI PASAR KOTAAda bocah lelaki nan luguMelantunkan cinta yang syahduKecrek di tangan senada pilu, dia mainkanBertingkah sederhana, di pa
"Hidup ini lucu," katanya. Mestinya dia tertawa
Di saat rindu siap terseduh kembali, dirinya mampu menikmati
Di sana ada bekas hujan juga sebuah tangis penghabisan
Maka sebagaimana Kau simpan, bawa kembali segala perasaan
Barangkali dalam pertemuan yang moksa. Akhirnya menjadi doa paling surga
Begitu santun angin permisi, meninggalkan perihal aku.
Ketika engkau memaknai rasa, di sela jarimu bukan sekadar doa