Di jendela malam Seseorang menyaksikan kelam Sambil mencatat gerimis
"Di kedai itu ... Seorang lelaki memesan rindu". Baca selengkapnya di sini
Di lengangnya semesta Ketika hanya matahari di atas kepala Seseorang membahasakan tentang langit sunyi
Dua cangkir teh berselancar dengan pagi Dalam gulungan percakapan kali ini
Saat aku lipat kenangan purba. Dirimu yang menjadi cahaya
Dari bocah kecil di Hari Raya yang girang mengenakan sepatu
Di rimbun pohon flamboyan Dengan lincah menarikan kesedihan
Belajar memahami sepi Di antara keadilan malam ini Salam takzim kepada takdir Sekalipun pahit juga getir
Hendak menulis apa aku ini ketika duka tak tampak di sini
Masa kemarau lama menyerang. Dompet dan saku ikut meradang
Di tepian hari yang sepi. Seorang gadis lalu memilih pergi
Sore tadi, di kota paling sepi sampai malam selarut ini
Aku tulis sepucuk surat cintaBersampul biru, pitanya jinggaWarna yang sengaja aku curi
Di stasiun yang begitu lengang. Kereta belum juga datang. Seorang lelaki duduk termangu
Di antara letih kembara Pada lembar-lembar semesta
Dan jika saja rindu ini tak sampai kepadamu Takkan juga mengubah jingga jadi kelabu
LARUT MALAMMalam sudah begitu larut, RaTinggal hening tanpa suaraPulanglah, barangkali engkau lelahSeharian bermain di pikiranku
Apa kabar masa lalu? Kembali aku singgah di berandamu, Sekadar menepikan kenanganJuga melepas rindu yang tertahan
Aku temukan sesuatu yang sunyi Larut dalam secangkir kopi
Seseorang di sebuah siangTak kunjung menemukan terang