Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengajak Anak Menulis

1 Mei 2020   15:10 Diperbarui: 1 Mei 2020   15:26 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi Tabrani Yunis

Oleh Tabrani Yunis

Banyak orang berkata, " Saya tidak bisa menulis, karena saya tidak berbakat menulis". Ungkapan yang sering terdengar dari orang banyak, ketika ada yang mengajak atau memotivasi  orang lain menulis. Sebuah alasan klasik. Benarkah ketrampilan menulis itu diperoleh seseorang karena seseorang itu memiliki bakat (talent) menulis? 

Lebih baik kita katakan itu tidak benar. Ya memang karena itu keliru.

Andai menulis itu dilatarbelakangi ollen bakat, maka bagaimana dengan orang-orang yang selama ini, tidak punya bakat, tetapi terus menulis dan bahkan tak pernah berhenti menulis? Ya, seseorang bisa menulis disebabkan ia belajar menulis. Ia terus menulis dan menulis. 

Proses belajar itu adalah dengan terus melakukan dan melakukan. Superit kata orang Inggris, the key of learning is practice, practice and practice.

Jadi teruslah berlatih menulis, dengan berlatih, kita akan mampu menulis dengan baik.  Kata orang Inggris lagi,  Practices make perfect. Ya, banyak berlatih itu, yang membuat sempurna. Begitu pula di dalam budaya masyarakat kita, sering kita mendengar ungkapan-ungkapan yang memberikan makna serupa.

Misalnya, lancar kaji karena diulang, pasal jalan karena dilalui. Mungkin juga ada banyak ungkapan serapa yang mengatakan bah ileum tau ketrampilan yang kita peroleh, tidak harus karena kita berbakat. Walau sebenarnya ada orang yang berbakat menulis. Namun, tidak sedikit orang yang berbakat menulis, tetanie karena tidak mau, maka tidak pernah ada tulisan yang ia buat.

Ach, tak perlu kita perpanjang hal itu.  Akan banyak energi yang kita habiskan.  Dari pada menghabiskan energi dan waktu untuk menjelaskan kepada mereka yang tidak mau, lebih  baik  memberikan jaja motivasi kepada mereka yang memiliki kemauan belajar.

Bagi yang mau menulis, teruslah menulis. Orang yang selama ini sering dan terus menulis, pasti sudah banyak memetik manfaat menulis. Tanya orang yang sudah banyak menulis yang tahu dan bisa merasakan nikmat menulis tersebut.

Lalu, mengapa harus mengajak orang lain menulis?  Orang-orang yang mengajak orang lain menulis itu, sesungguhnya ingin berbagi nikmat. Semua orang tahu bahwa berbagi itu indah dan berguna.

Bank Penulis yang suka berbagi, termasuk penulis  sendiri. Kegiatan berbagi tersebut dilakukan di berbagai tempat, seperti ke sekolah-sekolah atau ke komunitas-komunitas menulis. Tidak peduli dibayar atau tidak, yang penting bisa mengajak orang menulis, agar mereka juga bisa menikmati  hikmah menulis.

Selain itu, banyak pula penulis yang ingin agar nikmat menulis tersebut bisa juga dinikmati oleh anak sendiri. Bukan menikmati hasil dari honor menulis, tetapi anak akan bisa menikmati hasil tulisannya sendiri. Nikmat menulis itu tidak selamanya yang, tetapi sesuatu yang bukan materi, misalnya kepuasaan batin.

Mengajak anak sendiri menulis biasanya juga tidak mudah. Anak tidak akan langsung mau, bila diajak. Perlu proses dan strategi untuk memotivasinya. Penulis juga selama ini terus mengajak anak sendiri untuk menulis. Banyak cara yang dilakukan agar ia mau menulis. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memuat atau posting tulisannya di majalah Anak Cerdas atau di www.majalahanakcerdas.com.

Tidak cukup itu, harus ada upaya lain yang mesti dilakukan. Penulis berusaha menunjukan kepadanya bahwa tulisannya banyak dibaca orang. Karena banyak dibaca orang, kita bisa dikenal banyak orang. Palau kita dikenal banyak orang, kita menjadi orang terkenal. Ternyata, anak-anak juga ingin terkenal.

Maka, cara ini bisa dilakukan bleh orang tua, agar anak mau menulis. Orang tua perlu membantu anak-anak untuk mencari media yang mau menampung dan memuat tulisan anak-anak. Misalnya majalahanakcerdas online, selalu bersedia memuat tulisan anak-anak. Ilustrasi di atas adalah salah satu contoh tulisan anak yang saat ini mulai termotivasi menulis.

Berikut adalah salad satu contoh tulisan Ananda Nayla yang kini mulai termotivasi menulis. Tulisan ini dimuta di www.majalahanakcerdas.com.

Celebrating Idul Fitri in Ule Gle with Family By : Ananda Nayla It was in the afternoon, I was heading to Ule Gle with my father, mother and sister Aqila Azalea. Ule Gle is my Mom's village, where my Mom was born. So, in Ule Gle, and I stayed at my mom's little sister's house. Ule Gle is about 170 kilometers from Banda Aceh. I was so tired sitting in the car. My Dad drove the car. I slept in the car for several minutes, and Aqila did it too. It took me about 4 hours to reach Ule Gle, because my Dad drove the car a little bit slow. I enjoyed the view a long the way to Ule Gle. I saw mountains. So, when I was staring at the window, I saw the roads and the green tress a long the way.  My sister was super duper sleepy and if my mom is not really sleepy. My Mom kept talking with my father while listening to music. In Ule Gle I also met other cousins, Ayla, Aqsa, Adam and Atika. They are my  closed cousins. Not only them, on the next day, my other cousins, Faiza, Daniel, Sharif and Arfa arrived from Banda Aceh. So, we were so happy to meet my cousins at my Mom's village and on the second day of Idul Fitri, at the early morning we went to Bate Iliek with its rocky river, and very cool water. There, we swam happily for I was very happy to celebrate the Idul Fitri in my Mom's village.  I played with my cousins there.  As usual, when we arrived and met the relatives, or families, we shook hands. I really liked to go around because I am a traveler. This Idul Fitri, we will not go home to Ule Gle, we will celebrate Idul Fitri in Banda Aceh, because of the pandemic of the corona virus. We may not go anywhere, but we just stay at home.   During this Ramadhan I am fasting. So, every day, I make   videos like reading with Nayla's session, crafting with Aqila Azalea, and sometimes my sister and we swim in the pool.   My sister likes to make some dolls by using Kokoru papers, and some others. These activities make us happy to stay at home. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun