Satu syawal tahun ini, seperti di masa-masa silam, lapangan luas dan masjid- masjid sesak dalam kerumunan jamaah yang merayakan hari kemenangan. Menang dari perang yang maha berat melawan musuh jahanam, melawan  nafsu amarah. Kemenangan atas perang panjang sepanjang perjalanan matahari dari ufuk timur ke ujung barat. Kemenangan menaklukkan malam dengan puluhan rakaat qiyamullail. Kemenangan menakjubkan melawan lapar dan dahaga.
Satu syawal tahun ini, perhelatan pesta kemenangan, serentak menggetarkan bumi dan langit dalam takbir, tahlil dan tahmid. Hati siapa nan tak bergetar mendengarnya? Hati siapa yang tak  luluh kala lantunan doa mengikat erat rasa rindu yang kian dalam pada musim Ramadan yang entah  kapan mungkin bersama lagi?
Satu syawal hari ini hari suci, kesucian lahir batin.  Ketika segala dosa mungkin terhapus oleh doa dan harapan. Pemekaran atas segala dosa dengan doa-doa  dan amalan mustajabah di sepanjang Ramadan. Bulan pengampunan dosa. Bulan pengantar ke kesucian diri.
Hari ini, satu syawal jiwa suci bagai kertas putih. Hari ini, hari kembali pada jiwa dan hati nan suci.
Hari ini satu syawal, hari kemenangan usai perang. Kesempatan yang melebih nilai emas dan perak menyelami diri. Hari sebagai tonggak kemenangan orang yang muttaqin.
Hari ini, hari suci, hari kemenangan siapa? Apatah kemenangan seluruh alam? Apatah kemenangan setiap orang? Apakah kesucian setiap insan?
Bukan. Bukan dan bukan. Ini hari kemenangan mereka yang taat kepada Sang pencita alam jagat raya. Ini kemenangan mereka yang berpuasa dan menegakan syariat Allah. Ini kemenangan kaum yang diharapkan Allah dalam doa, semoga menjadi orang-orang yang bertaqwa padaNya. Kemenangan para ahli ibadah Yang menjalankan perintah Allah, dengan tulus ikhlas beribadah hanya kepada Allah. Bukan kemenangan kita yang tak peduli pada perintah Allah. Itu bukan kemenangan kita. Kecuali tergolong dalam puak insan nan taqwa. Lalu, dimanakah kita berada? Kita memang harus tahu dimana kita.