Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ingin Melantunkan Kisah yang Merdu dari Aceh?

5 Juni 2018   02:09 Diperbarui: 5 Juni 2018   02:21 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu, sebagai modal untuk menulis, tentu harus ada ide. Ya, ada gagasan yang akan ditulis, bukan judul, tetapi ada bahan atau hal-hal yang menarik, perlu atau penting untuk diceritakan.

Jadi, modal awal adalah memiliki ide atau gagasan untuk ditulis. Semua tahu bahwa, kalau ide atau gagasan tidak ada, maka akan tidak ada satu tulisan pun yang bisa ditulis. Benar bukan? Kalau ada yang mengatakan itu tidak benar, maka ini saatnya untuk mencoba. Silakan coba menulis sebuah cerita atau kisah dengan tanpa ada ide atau gagasan. Silakan buktikan.

Kalau ide atau gagasan atau masalah yang akan ditulis, maka ide atau gagasan tersebut akan bisa dikembangkan menjadi sebuah tulisan yang menarik bagi si penulis, juga idealnya menjadi sangat menarik bagi para pembaca. Pertanyaan berikutnya, bagaimana bisa mendapatkan ide atau gagasa, maupun masalah tersebut?

Biasanya, seorang penulis itu akan mencari ide atau gagasan itu denga cara-cara yang kreatif. Banyak cara yang bisa digunakan. Misalnya, dengan berjalan-jalan keliling kota atau kemana sajalah, lalu dalam perjalanan tersebut akan banyak melihat sesuatu, ya akan banyak hal yang dilihat. Bisa yang indah, bisa pula yang tidak indah, bisa yang bersih, bisa pula yang kotor dan jorok. 

Apa yang kita lihat itu akan menjadi hal yang mungkin mengganggu pikiran, maka di situ ada masalah yang akan menjelma menjadi ide untuk ditulis. Cara, lain, bisa dengan cara membaca tulisan-tulisan orang lain. Dari tulisan tersebut ada hal yang kita tidak setuju atau kontradiktif, maka di situ sudah ada ide dan gagasan untuk ditulis. Jadi mudah bukan?

Memang mudah, tetapi menyikapi ajakan menulis tentang Aceh, Sumut dan Sumbar ini, di dalam pikiran penulis banyak sekali tasanya yang akan ditulis, disampaikan dalam untaian kata di laman Kompasiana ini. Sebaiknya, penulis bisa lebih sabar, membuat langkah-langkah yang tepat untuk menulis soal ini. Ya, seperti ditulis di atas, penulis harus menjaring atau membuat dahulu daftar ide atau gagasan, bahkan mungkin masalah-masalah yang selama ini banyak dilihat, dirasa dan sebagainya. 

Kalau ide dan gagasan serta masalah sudah teridentifukasi, maka akan banyak bahan yang akan ditulis kelak, selama masa yang diberikan cukup panjang. Semoga saja, semakin panjang waktu yang diberikan, akan semakin banyak cerita atau kisah yang ditulis.

Pokoknya, ketika membaca ajakan Kompasiana itu, terus terang aku merasa sangat banyak hal yang ingin ditulis. Sangat banyak cerita dan kisah yang ingin ditumpah dalam lembaran-lembaran kertas atau di halaman-halaman Kompasiana ini. 

Namun, terkadang tidak seperti apa yang banyak terlintas di kepala, tidak seperti rasa rindu yang menggebu ketika ingin menorehnya di halaman atau space menulis. Ada banyak hambatan atau bahkan terjadi apa yang disebut dengan writing block.

Terbukti, beberapa kali, kalimat yang sudah ditulis atau dirangkai, kemudian dihapus atawa deleted, karena terasa tidak cocok atau tidak sesuai atau apalah lagi yang tidak pas, tidak nyambung dan sebagainya. Akibatnya, ingin menulis A, malah tertulis B atau yang lain. Sementara cerita tentang pengalaman hidup atau berada di tiga wilayah itu pun seperti kembali terbang, tidak membumi. 

Padahal, ketika bercerita soal Aceh saja, akan ada 1001 cerita atau kisah dalam berbagai rangkaian perasaan. Bahkan bukan hanya 1001 kisah, bisa jadi setjuta cerita kisah dari Tanah Rencong akan bisa diceritakan. Kuncinya, ya, memang semua hal sudah teridentifikasi, semua hal sudah terkumpul. Bukan hanya mendapatkan ide atau gagasan, tetapi juga sejumlah masalah yang menjadi bahan tulisan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun