Mohon tunggu...
Tabita Larasati
Tabita Larasati Mohon Tunggu... Desainer - disainer

suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sikap Positif yang Diperlukan pada Masa Pandemi

19 Februari 2021   08:55 Diperbarui: 19 Februari 2021   09:32 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang berpendapat bahwa Covid-19 mengubah banyak hal dalam masyarakat. ini memang betul. Banyak yang berubah (dan diubah) dalam masyarakat. Bukan saja kegiatan pendidikan dari pengajaran tatapmuka berubah menjadi daring. Bukan saja orang yang punya kebiasaan kongkow dan belanja di mal, berubah menjadi di rumah saja dan belanja dari rumah saja (belanja online).

Beberapa kantor juga menyarankan bekerja dari rumah selama pandemic ini. Memang tidak semua kantor bisa melakukan ini, namun setidaknya ini diharapkan bisa mengurangi penularan Covid-19. Bidang pekerjaan seperti pariwisata dan hiburan seperti bioskop memang benar-benar terpukul. Mereka tidak saja harus menghentikan kegiatan mereka, namun juga negara harus menghentikan kedatangan wisatawan dari beberapa negara karena kawatir ada varian baru dari Covid-19 yang menulari warga Indonesia.

Dari  hal-hal yang kita harus hadapi sekarang ini, memang tak lepas dari berbagai kekurangan  baik pemahaman maupun visi dari penyelenggara negara. Negara paham bahwa pembatasan berkegiatan sangat mempengaruhi pendapatan masyarakat. Banyak masyarakat terutama dari jenis pekerjaan sektor informal, seperti pedagang, UMKM dll, sangat terpukul karena Covid-19 ini.

Bisa kita lihat caci maki beberapa kalangan yang mengkritik pemerintah karena dinilai lamban dan tidak tepat dalam penanganan Covid-19. Sejak subuh sampai subuh lagi, kritikan itu disuarakan di media sosial . Mereka sering melontarkan kritik dengan bahasa kasar dan terlihat tidak terdidik. Sebagaian dari mereka mengkritik pemerintah karena ketidak sukaan dan kebencian yang meluap.

Umumnya mereka memakai media sosial dalam mengungkapkan kritik (yang berisi caci maki) itu. Karena mekanisme algoritma (mekanisme tertentu dalam media sosial) , caci maki itu teramplifikasi dan menyebabkan banyak orang yang meniru dan kemudian menyebarkannya lagi. Lalu ada kelompok lainnya membantah dan seakan membela pemerintah, sehingga pertentangan di dunia maya tak pelak terjadi. Peperangan narasi tak terelakkan, terjadi.

Situasi ini tentu saja jauh dari produktif, karena waktu dan energy tersedot karena urusan ini. Tak hanya sia-sia tapi juga punya dampak negative yaitu keterbelahan pada masyarakat, kubu A dan kubu B. Contoh nyata adalah saat pada masa Pilpres dan kemudian Pilkada. Keterbelahan ini tentu saja merugikan kita semua karena banyak hal yang sebenarnya harus kita selesaikan agar bangsa ini lebih maju. Bukan saja infrastruktur yang harus banyak dibenahi, pandemic Covid-19 yang harus diselesaikan dengan baik.

Ini merupakan tantangan kita semua untuk menyelesaikannya. Jadi hentikan saja semua sikap yang memperburuk keadaan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun