Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Serba-serbi Bekerja di Jepang

1 Desember 2018   07:00 Diperbarui: 1 Desember 2018   21:49 2653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : wedge.ismedia.jp

Kendala Bekerja di Jepang

Hal yang saya tuliskan dibawah ini mungkin bukan kendala secara khusus di Jepang. 

Namun berdasarkan pengalaman, berhubung masyarakat Jepang memang agak tertutup bila dibandingkan dengan masyarakat dari negara selain Jepang, maka hal berikut mungkin bisa jadi catatan bagi yang berminat untuk bekerja di Jepang.

Pertama adalah masalah bahasa
Bahasa Jepang memang unik, karena selain menggunakan 3 jenis huruf yang berbeda dan dipakai bersamaan, yaitu huruf Katakana, Hiragana dan Kanji, cara pengejaan satu huruf Kanji misalnya, ada bermacam-macam. Huruf Kanji yang sama bisa dilafalkan berbeda apabila disambung (di belakang atau di depan) huruf Kanji yang berbeda.

Sehingga bagi yang berminat untuk bekerja di Jepang setidaknya harus bersiap-siap, karena selain harus mempersiapkan fisik yang kuat untuk menghadapi pekerjaan, persiapan tenaga "ekstra" juga dibutuhkan untuk menguasai bahasanya. Walaupun, tingkat penguasaan Bahasa Jepang yang dibutuhkan akan berbeda, tergantung dari apa dan bagaimana pekerjaannya. 

Kemudian masalah kebudayaan
Bahasa memang menjadi salah satu unsur hasil dari kebudayaan itu sendiri. Namun di sini saya mau menekankan sisi etika dan moral pada budaya masyarakat Jepang. 

Etika yang berlaku di Jepang, tentunya berbeda dengan yang berlaku di Indonesia. Walaupun Indonesia dan Jepang sama-sama negara kepulauan, sehingga masyarakatnya sama-sama mempunyai kebudayaan yang erat hubungannya dengan maritim sekaligus agraris.

Etika di Jepang kebanyakan berlaku untuk segala sesuatu yang dilakukan oleh kelompok. Misalnya saja, jika kita sama-sama pergi ke cafetaria kantor dengan 4 orang rekan, maka sebelum 4 orang ini lengkap berkumpul di meja (karena masing-masing orang akan mengambil makanan yang berbeda), maka tidak ada seorangpun yang akan mulai makan, walaupun sudah lapar berat. Mereka akan menunggu rekan lain yang sedang antri makanan sampai kumpul bersama.

Ada lagi etika dalam bisnis, misalnya bagaimana bertukar kartu nama, menulis email kepada rekanan bisnis, posisi duduk dalam rapat dan sebagainya. Etika dalam pergaulan juga banyak, misalnya tidak sopan kalau kita bertanya umur kepada orang yang baru kita temui.

Mengenai masalah moral, dengan terbatasnya ruang penulisan dan pertimbangan tema tulisan, maka saya akan sampaikan contohnya saja. Di Jepang, orang tidak akan mengambil barang yang tertinggal, entah barang itu handphone termahal atau yang lainnya yang kelupaan atau terjatuh di jalan, di taman, di kereta api, maupun di tempat umum yang lain.

Tentunya ada banyak lagi contoh dari etika dan moral ini, yang juga harus dipahami oleh orang yang ingin bekerja di Jepang. Sehingga, kalau mereka sudah berada di Jepang, selain dapat melakukan pekerjaaannya dengan baik, juga dapat diterima oleh masyarakat (Jepang) baik dalam lingkungan kerja maupun di lingkungan tempat tinggalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun