Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Lebaran Gak Mudik, Gak Bahaya Tah? Serba-Serbi Kendala Tidak Mudik Ketika Lebaran

6 April 2024   04:43 Diperbarui: 6 April 2024   15:04 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mudik (Foto : Kompas com)

Siapa Kompasioner yang setiap lebaran tidak mudik ke kampung halaman?

Sayaaaaaa......... (nunjuk tangan sendiri)

Sudah berapa tahun ini saya tidak pulang kampuang. Kampung suami ada di Palembang. Sedangkan saya, setiap lebaran rutin ke rumah orang tua di Pamulang. Jadi lebaran kami ke rumah orang tua di Pamulang. Pamulang dan Palembang seakan - akan seperti satu kata seirama ya?, padahal lokasi nya sangat beda kutub, hehe..

Kapan terakhir pulang ke Palembang? Sekitar 9 tahun lalu , ketika anak pertama berusia sekitar 2 tahun, kalau tidak salah. Waktu itu kami masih bertiga. Pulang kampung ke kampung suami masih bisa bareng kakak ipar. Waktu itu kami naik kendaraan pribadi bareng kakak ipar. Pulang ke Palembang waktu itu tidak macet. Karena kami mudik H- lebaran. Jadi aman untuk mudik. Dan tidak macet.

Biasa nya, kami melakukan perjalanan mudik ke Sumatra pada malam hari. Agar sampai di sana di pagi hari berikut nya. Terakhir mudik, belum ada jalan tol baru menuju Palembang seperti saat ini. Karena jalan tol tersebut baru bisa di nikmati 1 atau 2 tahun silam ya?.  Inti nya, perjalanan mudik dengan membawa balita mpasi sangat lah ribet. Walaupun naik kendaraan pribadi. Ketika itu, saya harus membawa termos air panas, tas perlengkapan bayi, travel bag, tissue basah, perlengkapan makan mpasi seperti sendok, piring, aaaah ribet!. Sehingga hal ini mengkerdilkan semangat saya untuk bersuka cita di kampung suami.

Tapi beda rasa nya, jika itu kendaraan sendiri. Ini kan jatuh nya kita nebeng, sungguh kurang nyaman buat saya pribadi selaku adik ipar, ya. Jadi momen lebaran pun di kampung di selingi keribetan urus balita dan mpasi nya dan tetek bengek lain nya. 

Di masa - masa ini , saya belum bisa banget berpakaian secara trendi, secara anak baru satu dan lagi riweuh nya. Namun , apapun itu tetap di nikmati. Walaupun gak nyaman. Menikmati lezat nya pempek Palembang asli asal nya, jalan - jalan melihat Jembatan ikonik Palembang dan bertemu dengan saudara - saudara suami selama di sana. Saya mudik ke sana ketika H-sebelum Lebaran. Rasa nya lain, ketika mudik sebelum Lebaran. Masih harus merasakan puasa di lain tempat. Puasa dan sahur di rumah mertua itu rasa nya kikuk kan?. Jujur!, haha.... di kala itu saya masih seorang ibu muda yang ribet sendiri urus anak 1. Baru juga 1 anak. Emang suami ngak bantu ?. Yaaah bantu alakadar nya bapak - bapak gimana siih.

Waktu itu pun saya tidak merasa terjalin keakraban dan kebersamaan selama Lebaran karena suami memang jarang pulang lebaran, jadi lebaran macam apa ya ini??. Mendingan di rumah sendiri aja deh kayak nya. 

Waktu selang berganti. Moment pertama kali mudik yang kurang menyenangkan. Berganti waktu. Anak bertambah. Dari satu jadi dua. Dari dua jadi tiga. Tutup keran. Nah, setelah nambah anak begini, mudik jadi mikir 1000x. 

Kendalanya apa yang membuat saya dan suami enggan mudik?. 

  • Tidak punya kendaraan pribadi, mobil. Kami biker sejati dengan 3 anak. 

Karena hanya ada motor aja kemana - mana. Nebeng kakak ipar?. Tidak bisa di lakukan lagi, karena mobil yang penuh dengan anak beranak - pinak, belom koper nya. Kakak ipar juga punya 3 anak yang besar - besar. Dan pasti nya kami berlima akan tergencet. Kecuali sewa bis model travel. Dan jangan harap ada inisiatif ide seperti ini mengingat duit nya gak ada dan sarana transportasi seperti ini kan mahal , siapa pula yang mau keluar duit nya?. 

  • Tidak ada budget khusus untuk mudik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun