Mohon tunggu...
Syukur Umar
Syukur Umar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti/penulis, dan penikmat musik dan perjalanan wisata

Menulis adalah kepastian hidup......

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah 36 Tahun Berlalu (Episode 1: Pertama Kali ke Toraja)

31 Desember 2021   06:25 Diperbarui: 31 Desember 2021   11:53 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Betapa mahalnya ongkos tradisi ini," bisik Edo dalam hati.

Beni saat itu menjelaskan bahwa suasana Rambu Solo akan sangat tergantung kepada siapa yang meninggal. Pesta kematian kaum bangsawan akan lebih ramai dibandingkan masyarakat biasa. Jika yang meninggal adalah seorang bangsawan, maka hewan yang dikorbankan akan lebih banyak, yaitu bisa mencapai 100 ekor kerbau.

Edo tertegun seraya berdecak dalam hati. Masyarakat Toraja mempercayai bahwa orang yang meninggal, akan dikatakan meninggal dengan sebenarnya setelah pelaksanaan Rambu Solo. Jauh berbeda dengan yang ia pelajari lewat pengajian yang ia ikuti beberapa bulan terakhir ini.

Mengaji bagi Edo adalah belajar membaca Qur'an. Itu ia lakukan ketika ia masi seumur anak sekolah dasar. Guru mengajinya ketika itu adalah tetangganya di kampung. Mulai mengenal huruf Arab dan tanda baca serta cara menyambung huruf. Pada fase ini, dikatakan mengaji dengan meggunakan qur'an kecil. Menamatkan qur'an kecil wajib dilakukan agar bisa lanjut membaca Al-Quran (qur'an besar). Untuk tamat mengaji kampung, perlu pengakuan dari sang guru. Bila guru mengaji merasa bacaan sudah benar dan lancar, maka prosesi penamatan dapat dilakukan.

Setelah menamatkan SMA, lanjut kuliah ke universitas. Ketika kuliah itulah Edo berkenalan dengan pengajian di mana Qur'an dan hadits tidak hanya dibaca, tetapi juga diterjemahkan. Di pengajian itulah ia lebih paham bagaimana memberlakukan mayit menurut Islam.

"Edo!, jangan melamun dong." Seseorang teman membuyarkan lamunannya. Ia pun tersenyum, seakan-akan tidak memikirkan apa-apa.

Mereka bergegas menuju pusat pelaksanaan pesta. Tidak lama kemudian, seseorang menyapa dengan sangat rama. Orang itu bertanya, ingin mengunjungi keluarga siapa? Saling pandang dan sedikit bingung karena mengunjungi pesta adat kematian ini sebenarnya tidak direncanakan dari awal. Untunglah teringat beberapa teman kuliah yang berasa dari Tana Toraja.

"Hmm anu pak, kami mau mengunjungi keluarga Evelin." Seseorang dari teman Edo menyahut.

" Boleh tahu, Evelin dari keluarga mana ya... maksudnya fam dari Evelin," lanjut orang yang menyapa tadi.

Sedikit melangkah ke depan, Frans menjelaskan bahwa mereka ingin mengunjungi keluarga Evelin Batu Rante.

"Jadi kalian ingin mengunjungi keluarga Batu Rante rupanya," timpal orang itu selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun