Ketika calon pelamar kerja tersebut menyadari bahwa tujuan pendidikan bukanlah semata untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikannya, akan tetapi tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian seseorang agar mereka bisa hidup mandiri kreatif, berilmu, bertakwa, dan sebagainya.
Pribadi yang cerdas akan berfikir positif terhadap ketidakpastian adanya lapangan pekerjaan itu dan menjadikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang banyak. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak orang-orang sukses ,kaya ,pengusaha, dan penguasa yang berhasil tanpa didukung oleh latar belakang pendidikan tersebut.Â
Bahkan ada orang yang tidak dapat menyelesaikan pendidikannya setingkat SLTP/SMP, SLTA/SMA tapi mampu memimpin perusahaan besar bahkan pejabat negara. Orang-orang seperti ini selalu berfikir positif tanpa menunggu kepastian yang belum tentu tiba.
Bila ketidakpastian itu dikaitkan dengan agama, maka orang sampai kepada suatu kesimpulan bahwa kepastian itu ada di tangan yang Maha Kuasa. Agama manapun mempercayai tentang adanya Tuhan yang mempunyai kekuasaan di alam ini. Termasuk manusia sebagai makhluk-Nya.
Misalnya dalam Agama Islam, ada beberapa hal yang tidak bisa manusia memastikannya, kecuali Tuhan. Pertama, kapan datangnya hari kiamat. Yaitu, kegoncangan bumi yang amat hebat. Manusia pada waktu itu dikumpulkan. Dihitung segala amal perbuatannya. Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang beterbangan, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
Kepastian kapan terjadinya kiamat itu, hanyalah Tuhan yang tahu. Orang wajib meyakininya, dan menjadi salah satu dari rukun iman menurut ajaran islam. Karenanya orang-orang yang beriman tidak ragu kapan datangnya hari kiamat itu, dan menerima dengan perilaku yang cerdas.
Kedua, tentang turunnya hujan. Tuhanlah yang mengatur urusan dari langit ke bumi. Ramalan cuaca termasuk hujan menjadi fenomena bagi manusia. Kapan kepastian turunnya hujan, terjadinya banjir, terjadinya musim kemarau panjang dan lain-lain. Karena air ( hujan) berkaitan erat dengan kehidupan manusia pada umumnya, dan ekonomi khususnya. Baik ekonomi di bidang pertanian, peternakan, perdagangan, dan sebagainya.
Turunnya hujan termasuk kekuasaan-Nya "disisi-Nya" maka manusia (orang-orang yang beriman) wajib meyakininya. Para ilmuwan hanya bisa membuat skala perencanaan tentang terjadinya sesuatu tersebut.
Ketiga, tentang apa yang ada di dalam rahim. Dialah (Tuhan) yang mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Proses kejadian manusia dan kebangkitannya di hari kiamat. Manusia tidak bisa memastikan hal itu. Karena berkaitan dengan yang ghaib (abstrak). Di sisi-Nya tentang hal yang ghaib itu. Dia lah yang mengetahuinya.
Keempat, tidak seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Maksudnya akan diperolehnya. Namun, mereka diwajibkan berusaha. Hasil usaha itulah yang tidak dapat dipastikan oleh manusia. Manusia hanya memperkirakan. Membuat perencanaan yang tidak dapat dihindarkan dari keberhasilan dan kegagalannya. Kepastian tentang ini tidak dapat ditentukan oleh manusia. Contohnya hasil panen pertanian, lakunya barang dagangan, waktu datangnya musibah bencana alam dan sebagainya. Intelektual manusia meyakini bahwa ketidakpastian ini adalah ditangan Tuhan, bila didasari oleh keimanan.
Kelima, tidak seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Kenyataan menunjukkan bahwa kematian itu datang pada seseorang di rumahnya, di rumah sakit, di jalan dan di tempat lain. Kematian itu juga terjadi secara bersama (massal). Melalui musibah jatuhnya pesawat di suatu tempat. Bahkan korbannya ada yang tidak ditemui. Juga sebagai korban tsunami, gempa bumi, tanah longsor, dan sebagainya. Kepastian tentang datangnya peristiwa-peristiwa tersebut tidak seorangpun dapat mengetahuinya.