Untuk menyempurnakan pakaian wanita muslimah yang diajarakan agama Islam, maka tidak hanya bagian khimar saja yang harus diperhatikan akan tetapi seluruh pakaian yang menutup aurat wanita juga diajarkan seperti, pakaian yang tidak memebentuk tubuh, tidak transparan, tudak mnyerupai pakaian wanita kafir, tidak tabarruj, dan tidak menyerupai pakaian lawan jenis.[11]
Â
- Fenomena Realita Jilbab Masa Kini
Â
Evolusi penggunaan khimar di era modern menimbulkan dampak yang beragam, baik positif maupun negatif. Dampak positif dari perkembangan  tren khimar, maka khimar semakin booming di nusantara sehingga mendorong orang -orang untuk mengenal khimar dan menggunakannya, juga dorongan memulai hijrah lebih mudah diterima dikalangan orang-orang yang memulai hijrah. Namun hal ini ternyata juga membawa dampak negatif sebab fungsi khimar sebagai penutup aurat justru hanya digunakan sebagai fashion semata bahkan terkadang digunakan sebagai ajang pecitraan di media sosial.  pandangan kontra pada fenomena ini juga adalah bahwa khimar telah direduksi menjadi simbol gaya hidup, fashion, dan bahkan ajang pencitraan diri. Di media sosial, kita bisa melihat banyak influencer berhijab yang tampil dengan gaya berpakaian mencolok, dan mengabaikan nilai keagamaan sehingga terkadang menimbulkan pertanyaan pada orang-orang, apakah khimar dizaman ini hanya menjadi " perhiasan spiritual" tanpa makna yang mendalam?.
Â
Selain itu aspek pemasaran khmiar melalui industri fashion ikut memperburuk pandangan ini. khimar tak lagi menjadi  sekedar kain penutup aurat, tetapi menjadi produk dengan dagang bernilai tinggi yang dijual dalam berbagai bentuk, dan harga fantastis. Hal itu menimbulkan banyak perempuan berjilbab bukan karna dorongan relegiusitas, akan tetapi untuk tampil sesuai tren, diterima secara sosial, atau bahkan hanya sekedar terlihat modis dengan tema Islami. Fenomena-fenomena diatas  tidak hanya terjadi pada tokoh-tokoh  publik di sosial media, akan tetapi banyak juga  terjadi lingkungan sekitar kita seperti mode hijab yang hanya menutupkan kain untuk menutupi rambutnya saja, memakai khimar tanpa jarum pentul, sanggul menyerupai punuk unta, khimar yang tidak menutup dada dan bahu, khimar yang dililitkan dileher, dan lain sebagainya.[12] Untuk menyempurnakan pakaian sebagai sejatinya yang Islam ajarkan, maka kita  tidak hanya fokus pada penyempurnaan khimar akan tetapi juga menyempurnakan dengan pakaian- pakaian yang diajarkan juga di dalam Islam.
Â
- Kesimpulan
Â
Khimar dalam Islam bukan sekadar penutup kepala atau simbol identitas, tetapi merupakan kewajiban syar'i yang mengandung makna ketaatan, kehormatan, dan penjagaan diri. Hal ini ditegaskan dalam berbagai hadist Nabi Muhammad , salah satunya: "Ada dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya... wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya..." (HR. Muslim). Hadist ini dengan jelas menggambarkan bahaya bagi wanita yang menutupi tubuhnya secara tidak sempurna atau berpakaian dengan cara yang justru menonjolkan lekuk tubuh dan menarik perhatian, yang menyimpang dari maksud syar'i.
Â
Sayangnya, dalam perkembangan zaman modern, makna khimar mulai bergeser. Banyak Muslimah memakai khimar bukan karena kesadaran akan perintah agama, melainkan karena tren mode, tekanan sosial, atau sekadar gaya hidup. Model khimar yang dikenakan sering kali tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam syariat: bahannya tipis, ketat, tidak menutup dada, atau dipadukan dengan pakaian yang memperlihatkan bentuk tubuh. Bahkan, gaya rambut yang disanggul tinggi menyerupai punuk unta yang jelas dilarang dalam hadist menjadi hal yang lumrah dalam praktik berkhimar  masa kini.