Oleh: Syamsul Yakin dan Syifa Nur Azizah
(Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Era digital, dengan segala kecanggihan teknologinya, telah membuka lembaran baru bagi dakwah Islam. Pertanyaannya, apakah ini sebuah peluang emas atau justru ancaman serius bagi penyebaran nilai-nilai kebaikan? Jawabannya adalah keduanya, tergantung bagaimana umat Islam menyikapinya.
Peluang Luas dalam Genggaman
Era digital menawarkan akses tanpa batas untuk menyebarkan pesan dakwah. Media sosial, platform video, dan berbagai aplikasi memungkinkan dakwah menjangkau audiens yang jauh lebih luas dan beragam, melintasi batas geografis. Informasi keislaman dapat disajikan dalam berbagai format menarik, dari tulisan, audio, hingga visual, yang lebih mudah dicerna oleh generasi digital.Â
Ini sejalan dengan firman Allah SWT:Â "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl: 125)
Hadis Rasulullah SAW juga mendorong penyebaran ilmu: "Sampaikanlah dariku walau satu ayat." (HR. Bukhari)
Ini menunjukkan urgensi untuk memanfaatkan setiap sarana yang ada, termasuk teknologi digital, untuk menyampaikan kebenaran.
Ancaman yang Mengintai
Namun, era digital juga menyimpan berbagai ancaman. Banjirnya informasi, baik yang benar maupun hoaks, bisa menimbulkan kebingungan dan keraguan di tengah masyarakat. Munculnya ujaran kebencian, radikalisme, dan penafsiran agama yang menyimpang melalui dunia maya menjadi tantangan serius yang perlu diwaspadai. Selain itu, kurangnya interaksi langsung dalam dakwah digital dapat mengurangi kedalaman pemahaman dan ikatan emosional antara pendakwah dan mad'u (objek dakwah).Â
Rasulullah SAW bersabda:"Cukuplah seseorang itu dikatakan berdusta, jika ia menceritakan setiap apa yang ia dengar." (HR. Muslim)