Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setengah Lusin Mutiara dari Sosok Pepih Nugraha

31 Desember 2016   13:18 Diperbarui: 31 Desember 2016   15:09 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang ada dibayangan saya saat itu, sosok pendiri Kompasiana pasti agak kaku, tapi saya serasa ditampar kenyataan ketika menemui Kang Pepih bayangan saya meleset 180° Kang Pepih sangat cair dan humble. Singkat cerita, dengan kelengkapan seadanya saya minta Kang Pepih untuk wawancara dan dia mau! Meski saat itu, untuk surat Kampus, saya sama sekali gak bawa. Karena saya tinggalkan di Lantai 6 Palbar untuk dokumen administrasi.

Saya "nembak" Kang Pepih untuk wawancara, dan syukurnya diladeni meski kaget, Kang pepih mau diwawancara dadakan. Wawancara di Lobby Hotel itu tidak berlangsung lama, setelahnya ada taksi pesanan Kang Pepih datang, wawancara-pun dilanjutkan di Kantor Kompasiana Palmerah 3 hari setelahnya. Beberapa hari setelah sesi wawancara itu, Kang Pepih menuliskan artikel ini untuk saya. Sebuah artikel yang bikin saya haru, sekaligus alasan dibalik kenapa beliau mau saya wawancara tembak akhir Mei itu. - Terima kasih, maafkan!

[caption caption="Wawancara tembak dengan Kang Pepih di hotel peninsula. Mei 2015 (Dok Pri)"]

[/caption]

Kesederhanaan dan "Jangan mempersulit orang," itu salah satu pelajaran yang saya ambil dari sosok Kang Pepih, Terima Kasih, Kang! :) Untuk skripsi? Memang belum selesai dan masih saya usahakan.

2. Kreatif

Pepih Nugraha dengan segala anugrah kreativitas yang diberikan kepadanya telah membuat banyak hal menjadi tak biasa, kehadiran Kompasiana yang pada awalnya diragukan oleh sebagian kalangan, dengan kreativitas dan Kerjasama tim yang dibangun solid, Kang Pepih mampu mengubah Kompasiana menjadi "barang gratisan" yang diperhitungkan.

3. Tahan Banting

Tahan Banting. Sepertinya sifat ini telah menjadi nama tengah Kang Pepih bahkan sejak awal dia mencoba peruntungan melamar kerja di Harian Kompas. Dituliskan dalam salah satu artikelnya, sewaktu akan tes masuk Harian Kompas, ia harus terima nasib tidur di aula wisma yang gelap dan diusili hantu karena kamar wisma sudah penuh.

Berlanjut ketika karir beliau menjadi wartawan baru, saya ikut merasa 'perih' ketika membaca penuturannya dalam salah satu artikel sarat pesan ini: Wartawan Arogan? Ke Laut Aja.

Singkatnya di situ Kang Pepih bercerita ia yang dulu seorang reporter baru, tidak terlalu kenal dengan jalanan Jakarta, Kang Pepih tanya jalan sama wartawan seniornya, tapi disambut dengan nada marah oleh si senior. Rasanya perih ketika membaca itu, tapi saya belajar satu hal: "Kena lempar" itu sakit, tapi tahan banting itu wajib, serta jangan "melemparkan" orang lain yang sedang butuh kita." Karena rasanya perih, dan Kang Pepih sudah mempelajari itu sejak dulu.

Ujian ketahanan mental tidak berhenti sampai di situ bagi Kang Pepih, ketika mendirikan Kompasiana di tahun 2008, Pepih Nugraha harus tahan dengan julukan "Pepihsiana" yang disematkan sebagian rekannya, karena ia terlalu asyik mengurus Kompasiana, tapi pada akhirnya kekuatan tekad dan konsistensinya berhasil membuktikan bahwa Keberadaan Kompasiana tidak bisa dipandang sebelah mata. Salut, Kang! :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun