Lewat puisinya, Anugrah Os membuka mata pembaca bahwa sesungguhnya kita beruntung tinggal di Indonesia: sebuah negara yang sekarang jauh dari perang, dalam puisi ini, penulisnya membuat bait-bait analogi, antara lain seperti:
Kita mencium harum bunga dan semerbak tanah basah
Mencium wangi masakan dan segarnya aneka buah
Mencium bau kesturi di masjid dan surau tempat ibadah
Mereka tetap berpuasa tetapi tak ada lagi aroma sedap masakan
Di bumi Gaza mereka hanya hanya mencium bau busuk kebencian
Puisi yang menyentuh, benar adanya bahwa perang tak menyisakan apa-apa selain derita. Untuk bait-bait selanjutnya silahkan meluncur ke artikel tersebut.
Duka dan tangisan kaum wanita Gaza dan Palestina sangat kentara dilukiskan oleh Beni Guntarnan dalam bait-bait puisinya:
Berpakaian serba hitam, sedih melaut di hatinya, tak terlukiskan
Terdengar lagi sederetan ledakan mortir diselingi serangan roket
Mereka tak bergeming, keberanian mengalahkan rasa takut di hati.
Puisi yang menyentuh, untuk bait-bait selanjutnya bisa dibaca di artikel tersebut.
Dibalik runtuhan terkapar batu batu
Nafas manusia berhembus dalam lidah kelu
Menyelip diantara desing rudal roket peluru
Genggam erat nyawa di ujung tanduk setiap waktu
Bergelora hitam hati mati
Berkuasa mengangkang arogan kaki
Tembakkan mesiu beraroma benci bertubi-tubi