Membawa Luka Di Sepanjang Waktu
Aku membawa luka ini di sepanjang waktu. Bukan karena tidak ingin memaafkan, hanya agar aku terus mengingat, betapa sakitnya diabaikan. Aku harus terus mengingat rasa sakitnya, supaya kelak aku menjadi kuat. Tidak bersandar kepada sesiapapun, melainkan hanya kepada diriku sendiri.
Aku menguatkan hati setiap hari. Supaya kalau aku jatuh, cepat cepat aku bisa bangkit sendiri lagi, tidak perlu menunggu uluran tangan orang lain. Ketulusan seseorang, apakah memang benar ada? Ataukah hanya sebuah legenda.
Kadang kadang, aku ingin marah pada dunia. Atas kesesakan, kepedihan, kesakitan, pengacuhan, dan kecurangan. Tapi, lantas aku tersadar. Siapa yang menjamin kalau kehidupan memang harus adil?. Yang jahat, semakin beruntung. Yang baik, semakin sulit. Kitalah yang pada akhirnya mengukir jalan hidup masing masing.
Berjalan saja  pelan pelan, berhenti sejenak jika lelah. Tidak ada yang memaksa kita untuk meneruskan langkah jika memang terasa berat. Tanpa beban pun, hidup ini memang sudah sulit.
Tapi, aku tetap mempercayai sampai saat ini. Bahwa cerita tidak melulu berujung kepada kesedihan. Ada upah yang layak untuk setiap orang. Entah kini ataupun nanti. Ada waktu ilahi yang tidak bisa terselami. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI