Mohon tunggu...
Syauqi elkhalily
Syauqi elkhalily Mohon Tunggu... S1 dan S2 Bahasa dan sastra arab

Pecinta sastra, menjelajahi dunia melalui kata-kata. Menyelami hikmah kitab2 turats dan keindahan sastra Barat. Menulis novel, menerjemahkan, dan merangkai narasi yang menghidupkan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Seni Berpikir di Dunia Instan: Telaah atas "Madza Ya'ni An Nafakkara Al-Yawm Karya Muta' Safadi

21 Maret 2025   17:04 Diperbarui: 21 Maret 2025   17:04 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 (Sumber: noor-book.com dan hindawi.org))

Mengembalikan Makna Berpikir dalam Kehidupan Modern

Di tengah derasnya arus informasi yang serba cepat, kita perlu menemukan kembali makna berpikir yang sejati. Salah satu strategi utama untuk menghindari jebakan berpikir instan adalah dengan membiasakan membaca lebih dalam, mempertanyakan informasi, dan menunda respons instan. Dalam "Madza ya'ni an nafakkara al-yawm" Muta Safadi menekankan bahwa berpikir sejati tidak hanya menerima informasi, tetapi juga mengolahnya dengan kritis dan reflektif. Kita perlu belajar untuk tidak terburu-buru dalam mengambil kesimpulan, serta memberi ruang bagi pemahaman yang lebih luas sebelum memberikan reaksi. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga pencari makna yang sejati.

Salah satu pendekatan yang dapat membantu dalam proses ini adalah konsep At-ta'wl (hermeneutika), yang dijelaskan dalam buku sebagai metode untuk memahami realitas secara lebih mendalam dan kaya makna. Hermeneutika mengajarkan kita untuk tidak hanya membaca teks secara harfiah, tetapi juga menafsirkan maknanya dalam berbagai konteks yang lebih luas. Hal ini dapat diterapkan tidak hanya dalam memahami filsafat, tetapi juga dalam membaca karya sastra. Sastra, dengan keindahan bahasanya, melatih kita untuk lebih sabar dalam memahami makna di balik kata-kata, sehingga membantu membangun kebiasaan berpikir yang lebih reflektif. Dengan menggabungkan pendekatan hermeneutika dan kesabaran dalam membaca, kita dapat melawan budaya instan dan mengembalikan seni berpikir yang lebih mendalam dalam kehidupan modern.

Kesimpulan: Berpikir sebagai Tindakan Revolusioner

Di tengah dunia yang semakin terburu-buru, berpikir bukan lagi sekadar aktivitas mental, tetapi juga bentuk perlawanan terhadap arus informasi yang dangkal. Seperti yang ditekankan dalam "Madza ya'ni an nafakkara al-yawm" Muta Safadi mengkritik fenomena "Al-la fikr " (ketiadaan berpikir), di mana manusia modern lebih banyak bereaksi ketimbang merenung. Budaya instan yang mendominasi kehidupan kita saat ini telah melemahkan tradisi berpikir reflektif, menggantinya dengan opini cepat yang sering kali tidak memiliki kedalaman. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menghidupkan kembali seni berpikir dengan melatih kesabaran dalam memahami, mempertanyakan, dan menafsirkan informasi secara mendalam.

Mengembalikan kebiasaan berpikir reflektif bukanlah tugas yang mudah, tetapi dapat dimulai dengan langkah-langkah sederhana: membaca lebih dalam, mempertanyakan asumsi, dan menunda respons instan terhadap informasi yang kita terima. Dalam konteks penulisan, teknik prompting dengan AI juga bisa menjadi alat untuk membentuk pola berpikir yang lebih terstruktur dan sistematis, asalkan digunakan dengan pendekatan yang kritis. Dengan membiasakan diri untuk tidak sekadar mengikuti arus, tetapi benar-benar memahami dan menganalisis, kita dapat membangun pola pikir yang lebih tajam dan mandiri.

Pada akhirnya, berpikir adalah sebuah seni dan bentuk keberanian untuk melawan keseragaman intelektual. Dalam dunia yang sibuk ini, beranikah kita untuk berhenti sejenak dan bertanya: Apakah kita benar-benar berpikir, atau hanya mengikuti arus?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun