Mohon tunggu...
Syarif Perdana Putra
Syarif Perdana Putra Mohon Tunggu... Fresh Graduate at Institut Bisnis Nusantara

Content Writer Enthusiast | Maka Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan dan Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan |

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

AI Itu Kayak Cermin : Hasilnya Tergantung dari Data yang Kita Berikan !

16 September 2025   12:00 Diperbarui: 15 September 2025   18:42 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar seorang wanita dengan berbagai gadget (pexels.com/@Cottonbro Studio) 

Kualitas data juga ditentukan oleh proses pembersihan dan validasi. Data mentah sering kali mengandung kesalahan penulisan, duplikasi, atau nilai yang hilang. Tanpa proses kurasi, semua kesalahan ini akan ikut masuk ke dalam sistem dan memengaruhi output. Oleh karena itu, ada peran penting manusia sebagai “penjaga kualitas” dalam setiap tahapan pengolahan data. Dengan memastikan kualitas data tetap terjaga, kita bisa memanfaatkan AI secara maksimal. Bukan hanya sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai sistem yang benar-benar dapat mendukung pengambilan keputusan penting.

3. Resiko Bias dalam AI 

Salah satu masalah terbesar dalam penggunaan AI adalah bias. Bias ini muncul karena data yang digunakan sudah memiliki pola diskriminatif sejak awal. AI tidak bisa membedakan mana yang adil dan tidak, hanya mengikuti pola yang ada dalam data. Hal ini membuat banyak kasus penggunaan AI justru memperkuat ketidakadilan yang sudah ada. Contoh nyata bisa dilihat dalam sistem perekrutan kerja berbasis AI yang sempat menuai kritik. Sistem ini lebih cenderung memilih kandidat laki-laki karena data historis perusahaan menunjukkan dominasi laki-laki di posisi tertentu. Akibatnya, meski perempuan memiliki kualifikasi yang sama atau bahkan lebih baik, peluang mereka tetap lebih kecil.

Bias juga terlihat dalam sistem pengenalan wajah. Banyak penelitian menunjukkan bahwa AI lebih akurat mengenali wajah orang kulit putih dibandingkan kulit hitam. Hal ini bukan karena AI rasis, melainkan karena data pelatihan lebih banyak menggunakan wajah berkulit putih. Jika tidak diperbaiki, bias ini bisa menimbulkan masalah serius, terutama dalam konteks keamanan dan hukum. Resiko bias semakin besar ketika AI digunakan untuk pengambilan keputusan publik, seperti pemberian kredit atau analisis risiko kriminal. Keputusan yang diambil tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga bisa memperkuat ketidaksetaraan sosial. Jika masyarakat tidak menyadari hal ini, maka teknologi yang seharusnya membantu justru bisa memperburuk masalah sosial.

Oleh karena itu, kesadaran tentang bias dalam AI harus terus ditingkatkan. Transparansi dalam penggunaan data, serta keterlibatan berbagai pihak dalam penyusunan sistem, menjadi langkah penting untuk meminimalkan resiko. Tanpa kesadaran ini, kita hanya akan bercermin pada bias lama yang terus diperbesar oleh teknologi. Menghadapi risiko bias bukan berarti menolak AI, melainkan memanfaatkannya dengan lebih kritis. Dengan begitu, kita bisa memastikan AI benar-benar menjadi alat yang mendukung kemajuan, bukan sebaliknya.

Ilustrasi gambar seorang wanita dengan berbagai gadget (pexels.com/@Cottonbro Studio) 
Ilustrasi gambar seorang wanita dengan berbagai gadget (pexels.com/@Cottonbro Studio) 

4. AI dalam Kehidupan Sehari-Hari 

AI kini hadir dalam hampir semua aspek kehidupan kita, mulai dari hiburan, pendidikan, hingga pekerjaan. Namun, sering kali kita lupa bahwa semua kemudahan ini datang dari data yang kita berikan. Aplikasi musik merekomendasikan lagu berdasarkan riwayat dengar kita, mesin pencari menampilkan artikel sesuai kata kunci, dan bahkan aplikasi transportasi online memilih rute tercepat berdasarkan data perjalanan sebelumnya. Semua contoh ini menunjukkan bahwa AI bekerja layaknya cermin. AI hanya memantulkan kebiasaan dan preferensi kita dalam bentuk rekomendasi atau keputusan otomatis. Jika data yang kita berikan teratur, hasilnya akan terasa membantu. Namun jika data berantakan, hasil yang muncul bisa membingungkan atau bahkan merugikan.

AI dalam kehidupan sehari-hari juga membuat kita sadar bahwa privasi data sangat penting. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa informasi pribadi mereka digunakan untuk melatih sistem AI. Dari riwayat belanja, lokasi perjalanan, hingga kebiasaan menonton film, semua menjadi bahan bagi AI untuk “belajar” tentang kita. Jika data ini jatuh ke pihak yang salah, resikonya bisa sangat besar. Selain itu, ketergantungan pada AI bisa membuat kita kurang kritis dalam mengambil keputusan. Misalnya, banyak orang langsung percaya pada hasil pencarian atau rekomendasi tanpa memverifikasi kebenarannya. Padahal, hasil tersebut tidak sepenuhnya netral; ia hanya mencerminkan data yang diproses oleh algoritma tertentu.

Oleh sebab itu, penggunaan AI dalam kehidupan sehari-hari harus diimbangi dengan kesadaran. Kita perlu bijak dalam memberikan data, memahami bagaimana sistem bekerja, dan tetap memegang kendali dalam pengambilan keputusan. AI seharusnya menjadi alat bantu, bukan pengganti akal sehat kita. Dengan cara ini, AI bisa benar-benar menjadi teknologi yang memperkaya hidup, bukan sekadar cermin yang memperbesar kesalahan.

Ilustrasi gambar pria bermain catur dengan AI (pexels.com/@Pavel Danilyuk) 
Ilustrasi gambar pria bermain catur dengan AI (pexels.com/@Pavel Danilyuk) 

Gunakanlah AI Secara Bijak, Hindari Penggunaannya Secara Negatif

AI memang sering dipandang sebagai teknologi yang serba tahu, padahal pada kenyataannya ia hanya memantulkan data yang diberikan. Sama seperti cermin, ia tidak bisa memanipulasi atau menciptakan kebenaran baru, hanya menunjukkan apa adanya. Jika data berkualitas, hasilnya pun akan lebih bermanfaat. Namun, jika data penuh kesalahan atau bias, hasilnya bisa menyesatkan. Pentingnya kualitas data menjadi pondasi utama dalam penggunaan AI. Tanpa data yang valid dan beragam, AI hanya akan memperkuat pola lama yang tidak selalu adil. Resiko bias pun selalu mengintai, terutama ketika AI digunakan untuk keputusan penting dalam hidup manusia. Oleh karena itu, transparansi dan kontrol kualitas menjadi keharusan dalam setiap sistem berbasis AI.

AI dalam kehidupan sehari-hari telah memberikan banyak manfaat, dari kemudahan berbelanja hingga akses informasi yang lebih cepat. Namun, semua itu tidak boleh membuat kita terlena. Kesadaran tentang cara kerja AI akan membantu kita lebih kritis dalam memanfaatkan hasil yang ditawarkan. Sebagai manusia, kita tetap memegang kendali atas bagaimana AI digunakan. Teknologi ini seharusnya menjadi cermin yang memperbaiki hidup, bukan justru memperbesar masalah. Dengan sikap bijak, AI bisa benar-benar menjadi alat yang mendukung kemajuan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun