Dalam dunia psikologi, trust issue sering dikaitkan dengan attachment theory, teori yang menjelaskan bagaimana ikatan awal kita dengan pengasuh (biasanya orang tua) membentuk cara kita menjalin hubungan seumur hidup.
Menurut John Bowlby, anak-anak yang mengalami pengabaian, penolakan, atau sering dibohongi bisa tumbuh menjadi pribadi yang insecure, takut ditinggalkan, dan sulit percaya pada orang lain. Mereka menyerap satu pesan: “Kalau aku percaya, aku akan terluka.”
Akhirnya, muncul sikap:
Selalu curiga pada pasangan
Sulit terbuka pada sahabat
- Nggak percaya bahwa orang lain tulus
- Bahkan… nggak percaya diri bahwa kita layak dicintai
Dan efek jangka panjangnya? Hubungan jadi hambar, komunikasi berantakan, hati selalu cemas, dan hidup terasa sepi meskipun ramai.
Trust Issue di Zaman Now: Semakin Umum, Semakin Sunyi
Kita hidup di era yang serba cepat. Chat hari ini, ghosting besok. Ketemuan dua kali, lalu tiba-tiba pacaran. Lalu, minggu depan: “Maaf, aku belum siap.”
Tak heran, makin banyak orang yang merasa kehilangan arah soal komitmen. Kita takut membuka hati, karena sudah terlalu sering disakiti. Kita trauma, tapi kita nggak tahu harus mulai sembuh dari mana.
Apalagi media sosial bikin semua orang kelihatan sempurna. Padahal di balik story yang manis, ada hati yang menangis karena pengkhianatan, perselingkuhan, dan luka masa lalu.
Berbagai survei juga menunjukkan angka yang mencengangkan:
- Baca juga: Suara Perempuan, Warna Dunia
Di Indonesia, kasus perselingkuhan meningkat 20% dalam 5 tahun terakhir menurut Komnas Perempuan.
- Menurut data Pew Research 2023, lebih dari 60% anak muda usia 18–30 mengaku pernah mengalami broken trust dalam hubungan emosional (baik keluarga, sahabat, atau pasangan).
- Dan ya… sekitar 1 dari 3 orang di usia produktif mengaku memiliki trust issue berat, terutama dalam hubungan romantis.
Dalam Perspektif Islam: Siapa yang Tidak Menepati Amanah, Telah Mengkhianati Keimanan
Islam memandang kepercayaan bukan sekadar urusan sosial, tapi juga urusan iman.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah.”
(HR. Ahmad)
Amanah itu bagian dari iman. Maka ketika seseorang mengkhianati kepercayaan, entah itu dalam bentuk kebohongan, selingkuh, atau menyebar rahasia. Dia bukan hanya menyakiti manusia, tapi juga sedang mengotori nilai-nilai keimanan dalam dirinya.
Namun… di sisi lain, Islam juga mengajarkan husnuzhan berprasangka baik. Tidak gampang suudzan, tidak menuduh tanpa bukti.
Dan inilah titik beratnya: bagaimana caranya tetap menjaga kewaspadaan, tapi tidak berubah menjadi penuh kecurigaan? Bagaimana tetap berhati-hati, tapi tidak memenjarakan diri dalam trauma?
Trust Issue Bukan Salahmu, Tapi Bukan Alasan Untuk Menyakiti Juga
Kalau kamu punya trust issue, izinkan aku bilang ini: kamu tidak salah.
Luka yang kamu bawa adalah bukti bahwa kamu pernah tulus. Kamu pernah percaya, pernah memberi ruang, dan pernah dikhianati. Dan itu menyakitkan.
Namun… kamu juga harus sadar: trust issue yang dibiarkan bisa berubah menjadi senjata yang menyakiti orang-orang baik di sekelilingmu.
Jangan sampai ketakutanmu menjadi alasan untuk mengendalikan pasanganmu secara berlebihan, menjauh dari sahabat yang tulus, atau meragukan niat baik keluarga yang peduli.
Karena kalau terus-terusan begitu, kamu akan kehilangan orang-orang baik, hanya karena trauma dari orang-orang yang salah.
Lalu, bagaimana cara menyembuhkan trust issue?
Akui bahwa kamu punya luka
Nggak perlu pura-pura kuat. Katakan pada dirimu sendiri: “Ya, aku pernah disakiti, dan itu membuatku takut mempercayai orang.”Beri ruang untuk kejujuran dalam komunikasi
Jangan menutup-nutupi rasa takutmu. Sampaikan dengan cara yang dewasa dan jujur. Misal:
“Aku kadang merasa cemas, mungkin karena pengalaman masa lalu. Tapi aku sedang belajar mempercayai kamu.Buka ruang maaf, tapi jangan lupa batasan
Memaafkan bukan berarti memberi akses kembali seperti dulu. Tapi itu bentuk kedewasaan: kamu memilih sembuh, bukan menyimpan dendam.Kuatkan relasi dengan Allah
Kadang trust issue muncul karena kita terlalu bergantung pada manusia. Padahal, seharusnya Allah yang jadi tempat pertama dan terakhir kita bersandar. Kalau kita percaya bahwa semua takdir diatur-Nya, kita tidak akan terlalu kecewa ketika manusia mengecewakan.Pertimbangkan bantuan profesional
Konselor, psikolog, atau guru agama bisa bantu kamu memilah rasa, memahami trauma, dan menyusun ulang cara berpikir yang sehat.
Trust Issue dalam Cinta: Ujian atau Alarm?
Banyak orang bertanya:
"Kalau aku selalu merasa curiga pada pasanganku, apakah itu berarti dia memang nggak bisa dipercaya, atau hanya karena aku yang bermasalah?"
Jawabannya: bisa dua-duanya.
Kadang trust issue adalah alarm bahwa hubungan memang sedang tidak sehat. Tapi kadang juga hanya bayangan masa lalu yang menempel di hubungan baru.
Kuncinya ada pada komunikasi. Kalau kamu merasa tidak nyaman, tanyakan: “Apa yang membuatku merasa tidak percaya?”
Lalu lihat, apakah pasanganmu bersedia membuka diri, memperbaiki diri, dan tumbuh bersama?
Kalau tidak… mungkin kamu tidak butuh memperbaiki trust issue, tapi justru perlu mengevaluasi hubungan yang kamu perjuangkan.
Untuk Kamu yang Pernah Dikhianati: Maafkan, Tapi Jangan Lupa Hikmahnya
Memilih memaafkan bukan berarti kamu membenarkan perbuatannya. Tapi itu cara untuk melepaskan dirimu dari racun kebencian.
“Orang yang paling mulia adalah yang bisa memaafkan ketika ia mampu membalas.”
— Ali bin Abi Thalib
Dan ya, kamu boleh membatasi akses seseorang ke dalam hidupmu. Tidak semua orang berhak mendapat tempat kedua. Tapi semua orang, termasuk kamu berhak mendapat ketenangan hati.
Belajarlah mempercayai lagi. Bukan karena mereka pasti akan jujur, tapi karena kamu layak merasa damai, tanpa terus-menerus dicurigai oleh pikiranmu sendiri.
Tidak Ada yang Sempurna, Tapi Masih Ada yang Layak Dipercaya
Kalau kamu sampai di bagian ini, izinkan aku memelukmu lewat tulisan ini.
Trust issue bukan akhir segalanya. Itu mungkin babak sulit dalam hidupmu, tapi bukan identitas yang harus kamu pakai seumur hidup.
Ada orang-orang baik di luar sana yang bisa dipercaya. Dan kamu juga bisa jadi pribadi yang layak dipercaya, asal kamu mau belajar untuk sembuh, perlahan.
Berjalanlah pelan-pelan. Percayalah lagi, sedikit demi sedikit.
Dan ketika kamu mulai percaya pada takdir Allah, kamu akan belajar:
"Tidak semua orang bisa dipercaya, tapi selalu ada Allah yang tak pernah mengkhianati."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI