Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Memberi Tanpa Syarat

6 Oktober 2015   06:34 Diperbarui: 6 Oktober 2015   06:34 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Semakin sedikit syarat yang didaftar untuk memberi sesuatu, semakin tinggi kualitas spiritual seseorang.

Salah satu keutamaan manusia adalah kesediaan untuk memberi. Dalam literatur agama, sering disitir tangan di atas lebih utama daripada tangan di bawah. Selain anjuran dalam bentuk pomeo tersebut, Tuhan juga mengingatkan tentang etika dalam memberi. Salah satu point penting aturan memberi jangan sampai dengan memberi itu menimbulkan rasa sakit pada orang yang diberi, antara lain dengan menyebut-nyebut pemberian yang telah diberikan.

Pemberian yang paling utama adalah pemberian yang diberikan dengan syarat yang paling minim. Tidak perlu pemberian diikuti degan kata-kata yang menyakitkan, missal, “ini saya kasih, tapi gunakan dengan baik ya, jangan boros!”. Tapi hal demikian tidak masalah, jika yang anda beri adalah anak anda, karena anda wajib mendidiknya. Tapi jangan pernah sampaikan hal yang sama, ketika anda datang kepada seorang yang papa, kemudian memberikan sedekah dengan memberi embel-embel kalimat demikian. Karena itu benar-benar menyakitkan.

Pernahkan anda menghadapi dilema ketika akan memberikan sesuatu. Pertimbangan apa yang ada dalam benak kita ketika akan memberi sesuatu? Misalkan ketika anda menyumbang untuk pembangunan masjid, pernah tidak anda mensyaratkan agar uang anda digunakan untuk membeli keramik, atau khusus untuk membeli karpet. Alasannya kadang tidak masuk akal, karena dengan dibelikan keramik maka akan digunakan untuk bersujud terus menerus. Lha terus bagaimana yang dapat jatah untuk beli keramik tapi di pasang di kamar mandi atau toilet?

Memberi memiliki banyak dimensi, bukan hanya memberi dalam bentuk materi saja, namun juga segala pemberian berupa apa saja. Bahkan senyuman sekalipun. Memberi itu, dalam kontek apapun, apakah sedekah, infaq, zakat atau hadiah, tidak usahlah kita sebagai pemberi itu banyak memberi syarat. Karena semakin syarat itu banyak, menunjukkan tingkat keihlasan yang rendah. Semakin syarat itu sedikit bahkan tanpa syarat, menunjukkan kalau kualitas ikhlas kita semakin puncak.

Setelah kita memberi, langkah berikutnya adalah melupakan. Jangan lagi diingat apalagi menyebut-nyebutnya, apalagi menyebutkan di depan orang yang kita beri. Begitu kita lepaskan, maka lupakan. Jangan menghitung atau menunggu berapa jumlah kembalian keuntungan yang dijanjikan Tuhan. Hal ini semata karena kita niatkan memberi, bukan transaksi jual beli.

Berikan dan lupakan. Biarkan yang mengingat dan mencatat para malaikat Tuhan, yang kelak akan mengantarkan kembali buah dari pemberian kita tanpa kita sadari. Bentuk kembalian Tuhan yang demikian akan lebih terasa hangat dan nikmat, karena kita akan menilainya sebagai karunia, keberuntungan dan keberkahan, bukan hasil keuntungan saham yang kita tanam di korpoasinya Tuhan. Semoga. [Syarif_Enha@Nitikan2015]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun