Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ahli Ibadah yang Tertipu

3 Agustus 2020   09:33 Diperbarui: 3 Agustus 2020   09:31 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tertipu merupakan kondisi yang tidak diinginkan siapapun. Karena berarti dia telah salah mengerti dan teledor untuk tidak waspada. Tertipu bukan berarti mesti ada pihak yang dengan sengaja menipu, karena bisa saja tertipu itu berarti juga salah memahami sesuatu. Seperti orang yang mengira sandal adalah sebuah roti tawar, sehingga saat digigit ternyata sangat alot dan tidak bisa dimakan.

Lebih sulit lagi adalah untuk mengetahui dan menyadari bahwa kita telah tertipu. Keyakinan kita atas ketidak tertipuan kita menghalangi diri kita sendiri untuk waspada dan tidak tertipu. Di sini, kerendahan hati dan refleksi terhadap semua perilaku kita yang telah lalu menjadi sangat penting. Karena dengan jalan demikianlah, hati dan pikiran akan dengan jernih dapat berpikir bahwa fatamorgana yang kita sangka kenyataan itu benar-benar tidak ada.

Adalah Imam Al Gazali, dengan ketajaman hatinya mengemukakan ketertipuan para ahli ibadah yang seringkali merasa sebagai golongan yang selamat dan bahkan dirahmati oleh Allah SWT, karena amal dan ibadahnya. Mereka seolah telah mengabdi karena Allah, namun karena tertipu, maka ketaatan mereka dan pengabdian mereka menjadi tidak berarti. Kelompok ahli ibadah yang tertipu menurut Imam Al Gazali antara lain:

  1. Kelompok orang yang kadang merasa cukup dengan ibadahnya, namun pada hakekatnya dirinya telah tertipu atas kependekan pemahamannya.
  2. Orang yang israf atau berlebih-lebihan dalam hal sunnah sehingga melampaui batas, namun tidak demikian pada hal-hal wajib.
  3. Orang yang selalu was-was dalam niat shalat sehingga Setan tidak membiarkan orang ini menyimpan niat yang benar. Ia seringkali tertinggal jamaah shalat karenanya.
  4. Orang yang menaruh perhatian khusus ata was-was dalam hal pengucapan huruf-huruf dalam al Fatihah, dan semua dzikir. Dia selalu berhati-hati melafalkan tasydid dan membedakan dengan benar-benar antara huruf-huruf hijaiyah, dan tidak ada yang lebih penting dari hal itu. Mereka tidak perduli pada hikmah dan makna dari bacaan-bacaan tersebut.
  5. Orang yang terjebak pada pembacaan Al Qur'an. Mungkin mereka bisa khatam Al Qur'an lebih dari sekali selama setahun, namun mereka tidak pernah mendalami maknanya dan terperosok dalam angan-angan dan pemikiran dunia.
  6. Orang yang berpuasa, namun tidak melepaskan lidah mereka dari ghibah, tidak mengekang hati mereka dari riya, dan tidak menjaga perut mereka dari makanan yang haram ketika berbuka.
  7. Orang yang ibadah haji, namun tidak berusaha melepaskan dirinya dari perbuatan dzalim. Bahkan mereka terjebak pada perbuatan riya dan ketercelaan hati yang lain.
  8. Orang-orang yang berjalan di jalan khasyaf, memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran. Namun mereka marah jika ada yang melakukan hal serupa, dan tidak suka jika ada yang menyangkal kata-katanya.
  9. Orang-orang yang hidup zuhud dan makan minum apa adanya, namun hati mereka sebenarnya cenderung pada kekuasaan. Mereka sering berkhalwat, mencari tempat-tempat sepi padahal mereka tidak pernah menepati syarat-syaratnya.
  10. Orang yang merasa sudah puas dengan hadir ditengah-tengah majelis dzikir. Mereka mengira dengan mendengarkan ceramah saja sudah cukup.
  11. Orang yang tertipu dengan apa yang didengarnya. Kadang dia menjadi sangat sensitif, seperti orang yang menangis ketakutan ketika berucap doa kepada Allah. Orang-orang ini mengira dengan begitu mereka telah berbuat kebaikan. Mereka seperti orang sakit datang ke dokter dan cukup dengan diberikan resep tanpa harus meminum obat yang dituliskan di dalamnya. Mereka tertipu, karena mengira dengan tersedu dalam doa, tanpa melakukan tindakan nyata bisa menjadi solusi hidup.

Betapa berat untuk menjadi orang yang tidak tertipu. Namun paling tidak dengan mengetahui begitu banyak tipuan dalam jalan ibadah kita kepada Allah, kita akan selalu waspada. Dan jikapun kita sudah sangat berhati-hati, namun tetap tertipu juga, semoga diampuni oleh Allah atas segala kelemahan kita. 

Dan jangan sampai sombong mengaku bahwa kita tidak masuk golongan orang-orang yang tidak tertipu. Karena kesombongan itu adalah ketertipuan yang sangat halus. Semoga kita selalu dilindungi Allah dari ketertipuan-ketertipuan, baik yang dzahir maupun batin. (Kitab Kasyaf Al Gazali_Syarif)

*Artikel ini pernah dipublikasikan dalam Majalah PesanTrend Edisi 5 tahun I, Oktober 2009.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun