Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Itu "Kebaikan"?

15 Juli 2020   03:01 Diperbarui: 3 Juni 2021   13:03 4792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami apa itu kebaikan sebenarnya (unsplash/tim j)

Sesuatu yang baik itu ternyata sudah dibicarakan oleh manusia lama sekali. Bahkan dalam literatur agama, sudah disebutkan kebaikan dan keburukan sejak manusia hendak diciptakan. 

Melalui pernyataan malaikat bahwa keberadaan manusia tidak akan membawa kebaikan melainkan pertumpahan darah dan kehancuran saja. 

Sementara dalam runutan literatur, hal kebaikan sudah dibicarakan para filosof ratusan tahun sebelum masehi. Artinya sudah sangat lama manusia berusaha mengkonstruksikan dan memahami apa itu sebenarnya yang disebut baik.

Bagi saya, baik itu yang saya anggap baik. Tidak lebih. Soal apa objeknya bisa berbagai-bagai. Artinya justru yang menarik adalah, dari sudut mana atau siapa konsep kebaikan itu dibuat.

  • Kebaikan itu adalah apa yang difirmankan Tuhan sebagai kebaikan, sebagaimana Tuhan menyebutkan tentang keburukan

Prinsip ini dikenal sebagai etika absolut, dimana yang digunakan adalah hukum Tuhan. Bagaimana Tuhan menyatakan, maka begitulah hukumnya. 

Dengan mengikuti prinsip ini terkesan begitu sederhana, manusia tinggal hidup mengikuti aturan-aturan yang dibuat Tuhan sehingga tidak perlu repot-repot berpikir. Karena jika dikatakan baik oleh Tuhan, maka itulah kebaikan sejati. 

Jika dikatakan buruk oleh Tuhan, maka itulah keburukan yang sebenarnya, meski tampak oleh mata manusia sebagai kebaikan sekalipun. 

Baca juga :Bila Orang Baik Bertemu Kebaikan Bisa Jadi Omong Kosong

Namun, ternyata prinsip ini mengandung satu kelemahan logika yang sangat mendasar dan harus diurai dengan lebih mapan, yaitu bagaimana manusia bisa mengetahui bahwa semua aturan tentang kebaikan itu berasal dari Tuhan? 

Pertanyaan ini akan terus berlanjut sampai pada akhirnya bertanya tentang apakah Tuhan benar-benar ada? Makin ruwet.

Setiap manusia memiliki fitrah yang mampu menilai dengan objektif apa, atau mana kebaikan dan mana keburukan. Bahkan, manusia sejatinya merupakan mahluq yang baik dengan budi hening yang bening. 

Artinya semua manusia adalah baik, sampai dia kemudian gagal mengekspresikan kebaikannya tersebut menjadi sesuatu yang buruk. 

Atau tidak adanya media untuk menyalurkan kebaikan, mampat, dan akhirnya bentuk reaksi sikapnya justru berkebalikan dari yang baik. Setiap orang ingin berderma, tapi keterbatasan sumber daya, sehingga tidak bisa berderma, sangking terbatasnya justru menjadi pencuri. Merampas derma orang lain. Artinya, pada dasarnya manusia itu baik, sampai dia gagal mengekspresikannya.

  • Kebaikan itu adalah yang disepakati sebagai kebaikan.

Teori sosial ini hendak mengatakan bahwa setiap manusia memiliki pandangan hidup, tetapi hal tersebut tidak bisa dipaksakan untuk dilakukan oleh orang lain. Pandangan hidup bersifat sangat personal. 

Masing-masing orang memiliki kekhasan dalam memandang fenomena, tergantung pada faktor-faktor kepribadiannya, seperti pendidikan, ekonomi, kedudukan sosial, dan sebagainya. 

Baca juga : Fenomena Jum'at Berkah, Menebar Kebaikan dengan Berbagi

Bisa jadi dan dapat dipastikan bahwa pandangan hidup banyak orang memiliki titik persinggungan. Inilah kesepakatan atas kesamaan pandangan hidup, yang kemudian dikonstruksikan menjadi sebuah norma bersama yang jelas dipandang baik untuk dilakukan bersama oleh semua orang. Misalnya, tidak semua orang suka musik, tapi setiap orang sepakat butuh kenangan hidup. 

Tidak semua orang senang membongkar pasang mesin, tetapi hampir semua orang butuh kondisi lingkungan yang rapih. Maka dibuatlah norma bersama, bahwa kebaikan itu adalah bersama-sama menjaga ketenangan dan kenyamanan lingkungan. 

Dalam ruang besar, makna kebaikan dalam arti kesepatakan ini aman. Tetapi begitu memasuki ruang yang lebih kecil, kita akan berhadapan dengan berbagai benturan dan pada akhirnya adalah kesiapan untuk mengambil keputusan, antara memilih suara terbanyak, atau nilai-nilai lain semacam kemanfaatan.

Baca juga : Jika Kebaikan Itu Sebuah Nikmat

  • Kebaikan adalah apa yang sesuai dengan nilai-nilai luhur

Penjelasan ini akan berujung pada pertanyaan, siapa yang memiliki otoritas menentukan apa saja nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan pedoman merumuskan kebaikan?

Pada ujungnya, kebaikan itu adalah cakrawala. Ia adalah sebuah titik jauh tempat kita menuju. Sejauh apapun kita bergerak ke arahnya, titik tersebut tetap saja tidak kian dekat.

Syarif_Enha@Sorogenen, 28 Desember 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun