Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

KehadiranKu pada Rindumu

17 April 2020   06:12 Diperbarui: 17 April 2020   07:04 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada sebuah kisah yang menarik terkait hubungan seorang hamba dan Tuhannya. Satu saat seorang salik tengah tenggelam khusuk dalam doa-doanya. Kemudian Setan datang menghampirinya dan berkata, ''Sampai kapan kau akan terus seperti ini, memanggil-manggil Tuhan. Diamlah Kau, Tuhan tak akan pernah menjawabmu!''

Sang Salik itu menjadi teramat sedih dan termenung diam. Ia pun tak meneruskan doa-doanya.

Pada malam harinya, Nabi Khidir hadir dalam mimpinya dan bertanya, ''Mengapa Engkau berhenti menyeru Tuhanmu?"

''Karena jawaban dariNya tak juga kuterima,'' kata salik itu.

Khidir menjawab, ''Tuhan sendiri yang menyuruhku datang padamu. Dia berkata: 'Bukankah Aku yang memerintahkanmu untuk berdoa? Bukankah Aku yang menyibukkanmu dengan namaKu? Rintihanmu memanggil namaKu: Allah, Allah, Allah! Adalah jawaban-Ku untukmu. Kerinduanmu padaKu adalah utusanku bagimu. Akulah sumber dari semua air mata dan rintihanmu. Akulah yang memberi sayap bagi iringan munajatmu.'''

Saya sendiri tidak tahu persis, apakah riwayat dari kisah itu sahih atau tidak. Tetapi dari kisah ini kita bisa memahami bahwa sifat mengantarkan eksistensi. Eksistensi ditandai dengan hadirnya bukti akan sifat itu. Allah hadir dalam sifatnya yang Maha Murah. Sifat Kemahamurahan-Nya terwujud dalam terpenuhinya kebutuhan hidup kita manusia. Jadi, tanpa menatap langsung kepada Tuhan, kita bisa merasakan kehadiran-Nya. Setiap saat.

Hanya Baginda Nabi Muhammad saja lah yang pernah bermuajahah lagsung dengan Allah ketika peristiwa mi'raj. Kita sebagai hamba Allah dan umat Nabi, hanya mampu berangan dan merindukan. Alangkah dan betapa nikmat indah bertemu dengan Allah. Bahkan satu riwayat menyatakan keindahan utama paling puncak pasca kiamat adalah pertemuan dengan Tuhan. Sehingga wajar jika kemudian seorang hamba merindukan Tuhan begitu dalam.

Dalam cerita di atas, salik merindukan Tuhannya dengan terus menyebut nama-Nya dalam dzikir. Namun tak kunjung juga dia temukan pengobat rindu. Kehadiran Khidir menyadarannya. Bahwa wujud Kekasih hadir melalui cinta. Cinta tumbuh ditandai dengan rindu. Rindu adalah sulur cinta yang menandai hadirnya Sang Kekasih pada sanubari Pecinta. Lantas, siapa yang menghadirkan cinta, jika bukan Sang Kekasih. Siapa yang menumbuhkan rindu jika cinta tidak hadir mewujud pada diri pecinta.

Tuhan begitu dekat. Bahkan bukan sesuatu yang berada di luar diri manusia. Dalam samar kerinduan manusia, Tuhan hadir menjadi alasan kenapa manusia harus terus menyebut nama-Nya. Betapa lembut cara Tuhan menyapa hati setiap hamba-Nya. Patutlah gembira bagi manusia yang selalu merasakan rindu kepada Sang Maha Penyejuk Kalbu.

Syarif_Enha@Nitikan, 13 Mei 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun