Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tugas Anda Mengganggu, Tugas Saya Melangkah

27 Juli 2021   07:15 Diperbarui: 27 Juli 2021   07:15 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anggap saja, seorang pedagang ikan. Jualan di pasar. Agar dapat menarik pembeli, ia memasang papan bertuliskan "DI SINI DIJUAL IKAN".

Tidak lama datang orang yang lewat lalu bilang, "Kok pakai kata DI SINI? Kan memang dagangnya di sini, bukan di sana". Lalu, si pedagang ikan berpikir benar juga. Akhirnya dihapus kata "di sini"". Jadi tinggal, DIJUAL IKAN.

Beberapa saat kemudian datang calon pembeli kedua. Sambil menanyakan "Mengapa ditulis kata JUAL? Kan semua orang udah tahu kalau ikan ini dijual. Bukan dipamerkan atau dibagikan?". Maka si pedagang ikan pun membenarkan. Akhirnya, kata JUAL pun dihapus. Hanya tersisa tulisan "IKAN".

Sesaat kemudian pun datanglah calon pembeli ketiga. Dan menanyakan pula, "Mengapa ditulis kata IKAN? Kan Kan semua orang udah tau kalau ini ikan. Bukan daging atau sayur". Lagi-lagi, si pedagang pun mengangguk. Maka diturunkannya papan tulisan itu. Akhirnya ia berdagang tanpa memasang papan tulisan. Kosong melompong, hingga tidak ada yang tahu lagi. Akhirnya, si pedagang pun ragu-ragu. Karena sehari-hari dagangannya tidak ada yang beli. Bahkan tidak tahu, apa yang ia jual?

Begitulah kehidupan nyata sehari-hari.

Di sekitar kita, selalu ada orang-orang yang selalu berkomentar. Apapun yang dilihat, selalu diomongin. Bahkan sering menyesatkan. Bikin orang lain patah semangat, bahkan tidak berdaya. Seperti nasib si pedagang ikan.

Apa artinya?

Tidak semua komentar harus ditanggapi. Bila perlu tidak usah digubris. Karena komentar orang lain justru "membunuh" niat dan ikhtiar baik yang mau dilakukan. Hingga akhirnya, kita tidak akan mendapatkan apa pun. Bila menggubris atau selalu mengikuti komentar orang.

MAKA SIAPA PUN, TETAPLAH FOKUS PADA TUJUAN.

Tidak usah dengarkan komentar orang, ocehan orang-orang tidak jelas. Jangan banyak tengok kiri tengok kanan. Karena selain bikin pusing, komentar orang lain itu tidak ada manfaatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun