Mohon tunggu...
M Syarbani Haira
M Syarbani Haira Mohon Tunggu... Jurnalis - Berkarya untuk Bangsa

Pekerja sosial, pernah nyantri di UGM, peneliti demografi dan lingkungan, ngabdi di Universitas NU Kal-Sel

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kebakaran Hutan, Ayo Salahkan Jokowi

11 September 2019   09:41 Diperbarui: 11 September 2019   09:47 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Taruhlah tahun 2018 (dalam hitungan subyektif) menjelang pilpres, Jokowi berhasil mengatasi kabut asap. Kini 2019, setelah Jokowi terpilih kembali menjadi Presiden RI masa bhakti 2019 -- 2024, karhutla malah semakin parah. Lantas, haruskah Jokowi ramai-ramai dipersalahkan? Boleh-boleh  saja sudut pandang ini dilontarkan, dituduhkan, dialamatkan, bahkan disimpulkan. 

Karena itu masih ukuran subyektif, yang sebagian di antaranya, didasari oleh faktor ketidak-sukaan. Mirip-mirip seorang dosen, yang memilih mengorbankan mahasiswanya, hanya karena adanya persaingan dalam memikat hati seorang mahasiswi. Mirip-mirip juga dengan Galileo, yang pada zamannya harus menerima hukuman, karena berbeda sudut pandang tentang bentuk bumi dengan kaum ilmuan agamawan.     

Kebakaran di Amazon, Brazil dan AS

Khusus terkait dengan kebakaran hutan dan lahan ini, ada baiknya kita belajar jernih, dengan mengamati fenomena kebakaran di kawasan Amazon. Data menunjukkan, kebakaran hutan Amazon tahun ini lebih parah ketimbang tahun sebelumnya. Padahal hutan hujan Amazon ini, yang melingkupi 9 negara di kawasan Amerika Latin. Kawasan ini dijuluki sebagai paru-paru dunia, karena dari kawasan ini cadangan oksigen yang dihirup manusia, tak kurang dari 20 % sumbangannya bagi dunia.

Kebakaran hutan Amazon berdampak buruk bagi perubahan iklim dunia. Maka itu, kaum yang care dengan kawasan ini ramai-ramai mengkampanyekan tanda pagar (tagar) #SaveAmazon. 

Tagar ini kini masuk dalam daftar trend topik tertinggi di berbagai platform media sosial, yang bisa disimpulkan bahwa hari ini kebakaran hutan Amazom sudah menjuruh ke arah krisis dunia global. Tak heran, jika Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dalam pertemuan Forum G-7 menyatakan, agar dunia tak boleh tinggal diam atas kebakaran yang sedang melanda Amazon. 

Menurut catatan Institut Nasional untuk Penelitian Luar Angkasa (INPE), kebakaran hutan Amazon tahun ini terparah sejak 2013. Kerusakannya meningkat hingga 80 persen. 

Hingga minggu ke-3 Agustus lalu, tak kurang dari 72.843 kebakaran terjadi di Brazil tahun ini.  Akibat kejadian ini , banyak spekulasi yang berkembang. Salah satunya tudingan buruk kepada Bolsonaro, Presiden Brazil. Kebakaran Amazon menutup kabut sebagian negara tetangga, seperti Peru, Bolivia dan Paraguay. 

Kasus kebakaran hutan seperti ini juga terjadi di kawasan hutan Amerika Serikat, khususnya California. Menurut catatan, kejadian tahun lalu merupakan kebakaran hutan yang terparah. Akibat kebakaran ini ada puluhan warga AS meninggal dan ratusan orang dinyatakan hilang. Tentu tak bisa dihitung kerugian ekonomi, moril dan material.    

Fenomena ini, kembali pada sistem kajian Kebijakan Publik. Secara subyektif bisa saja Presiden Brazil Jair Bolsonaro, Presiden AS Donald Trump, atau Presiden Jokowi dipersalahkan ramai-ramai.

 Tetapi menjadi ironis jika semua kejadian, bencana, langsung top leader-nya yang dituding. Bahwa ada manajemen yang keliru, salah kaprah, dalam berbagai uji coba pembangunan, memang iya. Tetapi faktor publik dan alam pun menjadi urgent untuk dikaji. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun