Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kasihan Bukber, Disalah-salahkan

31 Maret 2024   08:44 Diperbarui: 31 Maret 2024   08:47 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (kompas.com/suci wulandari putri)

Beberapa hari lalu, saya baca beragam komentar di media sosial. Saya lupa media sosial apa. Mereka sedang membahas tentang buka bersama atau bukber di masa Ramadan ini.

Ternyata, tidak sedikit yang memiliki pandangan miring tentang bukber. Pandangan yang mungkin juga Anda miliki tentang bukber. Singkat kata, mereka memandang miring bukber karena yang bukber malah tidak salat Maghrib.

Puasa, lalu buka puasa bersama tapi malah tidak salat Mahgrib. Kalau sudah seperti itu, malah yang dipersalahkan adalah bukbernya. Kan kasihan bukbernya. Dia tidak tahu apa-apa tapi dipersalahkan.

Bukan hanya dipersalahkan, tapi bukber malah dijauhi karena adanya fenomena bukber tapi tak salat Maghrib. Bayangkan, betapa kasihannya bukber. Dia dipandang miring, dipandang sebagai biang keladi, lalu ditinggakan.

Padahal bukber tidak salah apa-apa. Bagaimana perasaan bukber ketika diperlakukan seperti itu. Bukber yang mulanya berstatus positif atau netral, kini malah ada yang memandang sebagai status negatif.

Sekali lagi, kasihan bukbernya. Manusia memang kadang begitu, yang salah manusia, yang jadi kambing hitam pihak lain. Yang salah manusia, yang jadi kambing hitam adalah bukbernya.

Lama kelamaan, nanti pandangan miring tentang bukber beranak pinak. Pandangan miring tentang bukber akan turun temurun. Nantinya, tak ada lagi orang yang melakukan bukber. Nanti, mereka yang melakukan bukber langsung dituding tidak salat Maghrib.

Kan kasihan ya.

Padahal, bukber itu banyak manfaatnya. Menggerakkan ekonomi. Setidaknya bukber akan ada uang yang didapatkan mereka yang beraktivitas ekonomi. Makanannya atau minumannya terjual karena ada bukber.

Lalu karena ada yang tidak salat Maghrib, bukbernya yang disalahkan. Itu namanya salah alamat. Kalau orangnya setelah bukber tidak salat Maghrib, jangan bukbernya yang disalahkan.

Yang bermasalah orangnya, yang disalahkan bukbernya. Lalu jadi stigma "bukber tak bermanfaat". Kasihan bukbernya, kasihan mereka yang sering dapat berkah dari bukber.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun