Dalam kehidupan sehari-hari, kerap kali kita menyaksikan dampak pembebasan perempuan dalam era modern melalui perubahan dalam pola hubungan interpersonal dan dinamika keluarga. Misalnya, di banyak komunitas, terutama di perkotaan, kita melihat pergeseran dalam tanggung jawab rumah tangga dan peran dalam pengasuhan anak antara pasangan suami istri. Semakin banyak perempuan yang bekerja di luar rumah, dan ini sering kali memicu diskusi tentang pembagian kerja rumah tangga yang lebih adil dan kesetaraan dalam pengambilan keputusan keluarga. Selain itu, di lingkungan sekolah dan tempat kerja, kita telah menyaksikan perempuan mengambil peran yang semakin aktif dan terlibat dalam berbagai kegiatan dan proyek, indikasi ini mencerminkan perubahan budaya yang lebih luas terkait dengan peningkatan kesempatan dan dukungan bagi perempuan dalam mencapai tujuan mereka.
Meskipun terdapat kemajuan yang mencolok dalam usaha pembebasan perempuan di era modern, masih saja terdapat beberapa masalah yang menjadi hambatan. Salah satunya adalah ketidaksetaraan akses dalam dunia pendidikan di beberapa wilayah khususnya di pedesaan, yang mengakibatkan banyak perempuan masih terpinggirkan dan tidak memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi mereka secara penuh.
Selain itu, terdapat pula kecenderungan pada wilayah tertentu yang mempertahankan norma-norma patriarkal yang menguatkan peran tradisional perempuan sebagai pengasuh utama di rumah, sehingga menghambat partisipasi mereka di ranah publik, seperti dalam politik dan ekonomi. Lebih jauh lagi, masih meluasnya kekerasan berbasis gender, baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal, juga menjadi masalah yang serius yang membutuhkan tindakan kolektif untuk menanggulanginya. Tantangan-tantangan ini menunjukkan bahwa perjalanan menuju "pembebasan perempuan" masih jauh dari kata selesai, dan perlu adanya upaya bersama dari semua pihak untuk mengatasi masalah tersebut dan mencapai kesetaraan gender yang sesungguhnya.
Peran Agama Terhadap Perempuan
Dalam masyarakat yang didominasi oleh keyakinan agama tertentu, praktik dan ajaran agama dapat membentuk norma sosial yang mengatur peran dan posisi perempuan dalam masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat yang didominasi oleh tradisi patriarkal yang dikuatkan oleh interpretasi agama tertentu, perempuan diharapkan untuk mengikuti peran tradisional sebagai ibu dan pengasuh, sementara laki-laki dianggap memiliki otoritas dan kekuasaan yang lebih besar dalam kehidupan publik.
Dalam hal ini, agama dapat menjadi alat untuk mempertahankan dan memperkuat struktur sosial yang menguntungkan pihak laki-laki dan merugikan perempuan. Praktik-praktik atau interpretasi agama yang mendukung ketidaksetaraan gender dapat menjadi alasan bagi pembatasan hak-hak perempuan dalam bidang seperti pendidikan, pekerjaan, dan keputusan yang berkaitan dengan tubuh dan kehidupan mereka.
Misalnya, dalam agama Hindu, terdapat sistem kasta, bagi saya ini sangat patriarkal karena dapat membatasi peran dan mobilitas sosial perempuan. Dalam beberapa komunitas Kristen, perempuan dilarang menjadi pendeta atau Pastor (memimpin ibadah), Demikian pula dalam Agama Islam tentang pembagian warisan, perempuan hanya mendapatkan setengah dari apa yang didapatkan laki-laki. Hal ini seringkali dikaitkan dengan tanggung jawab laki-laki sebagai pencari nafkah.
Namun demikian, agama juga dapat menjadi sumber inspirasi dan dukungan bagi gerakan pembebasan perempuan dalam konteks sosial. Banyak gerakan dalam konteks agama yang bertujuan untuk mereformasi interpretasi agama dan memperjuangkan kesetaraan gender. Misalnya, dalam Islam, gerakan feminis Islam berupaya untuk mereinterpretasi teks suci agar lebih inklusif terhadap perempuan dan memperjuangkan hak-hak perempuan dalam masyarakat.
Dengan demikian, peran agama terhadap perempuan dalam konteks sosial mencerminkan kompleksitas hubungan antara agama, budaya, dan struktur sosial. Agama dapat menjadi sumber penindasan atau pembebasan bagi perempuan, tergantung pada bagaimana ajaran dan praktiknya diinterpretasikan dan diimplementasikan dalam masyarakat.
Langkah Kongkrit Demi Mencapai Kesetaraan Gender