Mohon tunggu...
syam surya
syam surya Mohon Tunggu... Dosen - Berpikir Merdeka, Kata Sederhana, Langkah Nyata, Hidup Bermakna Bagi Sesama

Pengajar dan Peneliti ; Multidicipliner, Humaniora. Behaviour Economics , Digital intelligence

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kala Corona Jadi Guru, Kita Semua (Manusia) Jadi Murid Baru

16 Juli 2020   19:00 Diperbarui: 16 Juli 2020   19:01 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dunia sudah dipaksa masuk era Post Dicipliner dengan Multidicipliner dan Interdicipliner dalam menjawab beragam permasalahan sosial di masyarakat. Corona mengajarkan bahwa satu-dua dicipliner ilmu pengetahuan tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan yang diakibatkan mahluk kecil ini. Ini memerlukan ke gotong royongan semua disiplin ilmu pengetahuan.

Ahli Pandemi bekerja sama dengan Ahli Komputer, Doktor Matematik juga bekerja sama dengan Sejarawan , Profesor Manajemen harus memahami Ilmu Pandemi dan banyak lagi kerjasama untuk melihat jalan terbaik menghentikan pandemi. 

Demikian juga para ahli filsafat harus turun bersama kaum pragmatisme – berbagi pengetahuan untuk memulihkan sosial dan ekonomi pasca pandemi  dan memikirkan jalan keluar kehidupan baru dengan beradaptasi bersama pandemi ini.

Ini juga memberikan gambaran bagian yang sulit dari berpengetahuan yaitu mengimplementasikannya. Ini tantangan pragmatisme. Secara teori sangat mudah untuk mengatakan, “hei, kita harus membudayakan/ melembagakan langkah-langkah menjaga jarak sosial dan menutup sekolah dan memutuskan hubungan antara mereka yang rentan terhadap penyakit yang menular. 

Namun saat mengetahui apa dampak sosial yang lebih besar yang diakibatkan mengkarantina suatu wilayah – akan membuat kesulitan besar untuk menarik pelatuknya dan melakukan putusannya. 

Wabah ini, menunjukkan bahwa boleh saja suatu negara memiliki laboratorium terbaik di dunia, sistem manajemen informasi  dan perangkat lunak terbaik, tetapi jika tidak memiliki tata kelola yang tepat tentang kapan menggunakan kekuatan ini ... mereka tidak berfungsi.

Pandemi coronavirus telah memperjelas bahwa ini adalah masalah universal: bahkan negara yang sudah dikatakan berhasil, dan memiliki kapasitas untuk bertindak, masih ragu apakah jalannya sudah benar atau belum. . Dan masih bisa saja gagal pada tahap selanjutnya. 

Singapura menunjukkan itu, keberhasilan saat pertama dan terus dibanggakan migran Indonesia yang bekerja disana tetiba – Boom ! meledak dan semua terdiam. Ada titik-titik buta melihat bagaimana cara suatu negara bersiap.

Selama bulan-bulan berikutnya, banyak pemerintah akan memungkinkan orang untuk melanjutkan hidup mereka di tengah kondisi ekonomi terburuk sejak Depresi Hebat. Dan jika gelombang baru virus terdeteksi, negara dapat kembali meminta warganya untuk kembali ke rumah.

Mengelola pandemi yang selalu berubah ini akan membutuhkan kepercayaan publik yang signifikan, yang di beberapa tempat cepat terkikis. Hal sebaliknya justru menimbulkan  ketakutan, ketidakpercayaan, dan kekacauan apa pun kebijakannya yang diambil pemerintah."

Belajar Manajemen Flexibilitas dan Kecepatan Daya Tanggap

Berbulan-bulan memasuki epidemi ini, bahkan informasi dasar tentang coronavirus masih belum jelas. Seberapa menularnya? Bagaimana mematikan? Apakah benar menular dari udara ? apakah melalui hewan ke manusia ? Apa yang sembuh bisa terpapar lagi ? Semua masih bisa berubah, dan perubahan itu cepat sekali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun