Samirun, pak guru di sebuah SD. Usianya terus bertambah, tanda bahwa murid yang dia ajar juga terus berganti.
Jika berada di perkumpulan guru, Samirun sangat bangga pada banyak anak didiknya. "Soni sekarang jadi kepala kejaksaan negeri, Anto jadi Kapolres, Budi itu jadi manajer di perusahaan multinasional. Siti, dia jadi orang penting di lingkaran presiden," kata Samirun satu ketika pada koleganya.
Dia sangat bahagia menjadi bagian yang memoles anak-anak yang berhasil itu. Jika tak dihentikan, bisa puluhan nama yang dia sebut. Nama mantan anak didiknya yang jadi orang dari tingkat kabupaten sampai pusat. Hanya dengan cerita itu, anak-anak bergerombol ingin masuk SD-nya Samirun.
***
Satu ketika, Samirun kedatangan tamu, seorang pejabat di tingkat kabupaten yang juga mantan teman Samirun saat kuliah.
Mereka ngobrol renyah dan menggembirakan. Seperti biasa Samirun menceritakan anak-anak didiknya yang jadi orang.
Di tengah renyahnya obrolan, sebuah ketukan pintu terdengar. Nardi permisi masuk dan memberikan sesuatu pada Samirun.
"Buat bapak," kata Nardi pada Samirun, sembari memberi tahu bulat.
"Makasih Nardi," kata Samirun.
Nardi pergi lagi. Nardi sering ke Samirun hanya untuk memberi tahu bulat yang dia jual.
Samirun terus ngobrol sama temannya itu. Ngobrol renyah tentang banyak hal.