Dalam berita disebutkan: Ketua Yayasan Lekas Kabupaten Bogor, Muksin Zaenal Abidin, menyampaikan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS di Kecamatan Cisarua telah mencapai sekitar 100 orang. Ia menambahkan bahwa angka tersebut terus meningkat setiap tahunnya.
Pertanyaannya adalah:
- Mengapa ada 100 warga Cisarua yang terdeteksi HIV-positif?
- Bagaimana 100 warga Cisarua tersebut tertular HIV/AIDS?
Nah, jawaban dari dua pertanyaan di atas merupakan pijakan untuk merancang program penanggulagan HIV/AIDS.
Sayang, dalam berita tidak ada penjelasan mengapa dan bagaimana 100 warga Cisarua tertular HIV/AIDS.
Ada lagi pernyataan: Muksin menjelaskan bahwa terjadi pergeseran pola penularan virus HIV/AIDS jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada periode sebelum 2015, penularan banyak terjadi melalui penggunaan jarum suntik narkoba dan transfusi darah. Namun kini, pada periode 2020--2025, penularan lebih banyak terjadi melalui hubungan seksual bebas.
Pernyataan ini tidak akurat, karena:
- Kasus HIV/AIDS banyak terdeteksi pada penyalahguna Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) karena mereka wajib tes HIV ketika hendak menjalani rehabilitasi.
- Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual penetrasi (vaginal atau anal) bukan karena sifat hubungan seksual, dalam berita disebut Muksin 'hubungan seksual bebas,' tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual, di dalam atau di luar nikah, yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta!
Di akhir berita Muksin mengimbau masyarakat untuk menghindari perilaku yang berisiko menularkan HIV/AIDS dan mendorong seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten Bogor untuk melakukan tes HIV/AIDS secara sukarela dan mandiri.
Sayang, dalam berita tidak ada penjelasan yang rinci tentang apa saja 'perilaku yang berisiko menularkan HIV/AIDS.'
Berita ini sama sekali tidak mencerahkan karena tidak memberikan informasi yang akurat tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS melalui hubungan seksual. <>
* Kompasianer ini adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000 (ISBN 979-416-627-8); (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002 (ISBN 979-96905-0-1); (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014 (ISBN 978-602-231-192-8); (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022 (ISBN 978-623-5631-25-7). (Kontak via e-mail: syaifulwh@gmail.com).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI