Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Dosen FEB, Peneliti, Penulis, Senang belajar https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pertumbuhan Ekonomi Inklusif: Urgensi Reformasi Agraria (162)

5 Maret 2024   07:31 Diperbarui: 5 Maret 2024   07:35 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pengembangan ekonomi inklusif menjadi salah satu tujuan utama bagi negara-negara berkembang di seluruh dunia. Dalam konteks Indonesia, reformasi agraria menjadi salah satu langkah penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Reformasi agraria dapat memberikan dampak yang signifikan dalam mengurangi kesenjangan ekonomi antara berbagai lapisan masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan petani dan rakyat kecil lainnya.

Pertumbuhan ekonomi yang inklusif mengacu pada pembangunan ekonomi yang merata dan menyeluruh, di mana semua lapisan masyarakat, termasuk yang berada di pedesaan, dapat merasakan manfaatnya. Namun, dalam realitasnya, sektor pertanian, yang merupakan tulang punggung ekonomi bagi sebagian besar negara berkembang termasuk Indonesia, seringkali mengalami ketidaksetaraan akses dan distribusi sumber daya, seperti tanah dan modal, yang menghambat pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Reformasi agraria menjadi kunci dalam menciptakan landasan yang lebih merata dalam kepemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah. Hal ini penting karena tanah merupakan aset utama bagi mayoritas penduduk pedesaan, terutama petani. Melalui reformasi agraria, pemerintah dapat memastikan bahwa kepemilikan tanah yang lebih merata akan meningkatkan akses petani ke sumber daya yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Selain itu, reformasi agraria juga dapat meningkatkan inklusi keuangan di sektor pertanian dengan memberikan akses yang lebih luas terhadap kredit dan layanan keuangan lainnya bagi petani dan rakyat kecil. Dengan akses yang lebih mudah terhadap modal, petani dapat meningkatkan investasi dalam teknologi pertanian modern, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi kerentanan terhadap perubahan iklim dan risiko lainnya.

Tidak hanya itu, reformasi agraria juga dapat memperkuat posisi tawar petani dalam rantai pasok pangan, sehingga mereka dapat mendapatkan bagian yang lebih adil dari nilai tambah yang dihasilkan dari produk pertanian mereka. Dengan demikian, reformasi agraria tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi inklusif, tetapi juga pada penciptaan keadilan sosial dan pengurangan kesenjangan ekonomi.

Namun, implementasi reformasi agraria tidaklah mudah dan sering kali dihadapkan pada berbagai hambatan politik, sosial, dan ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan komitmen politik yang kuat, dukungan masyarakat yang luas, serta kebijakan yang tepat dan berkelanjutan untuk mewujudkan reformasi agraria yang efektif dan inklusif.

Reformasi agraria merupakan langkah yang sangat penting dalam menghadapi tantangan pertumbuhan ekonomi inklusif. Meskipun seringkali dikaitkan dengan sektor pertanian, reformasi agraria sebenarnya memiliki dampak yang jauh lebih luas dalam membangun ekonomi yang inklusif. Alih-alih hanya berkutat pada pertanian, reformasi agraria mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk akses terhadap tanah, pembangunan infrastruktur, penciptaan lapangan kerja, serta distribusi pendapatan yang lebih adil.

Salah satu aspek utama dari reformasi agraria adalah pemberian akses yang lebih adil terhadap tanah. Di banyak negara, sebagian besar tanah dikuasai oleh segelintir individu atau perusahaan besar, sementara sebagian besar masyarakat tidak memiliki akses yang memadai terhadap tanah untuk bercocok tanam atau membangun usaha pertanian mereka sendiri. Reformasi agraria berpotensi untuk mengubah paradigma ini dengan memastikan bahwa tanah digunakan secara produktif dan adil, baik untuk kepentingan individu maupun masyarakat secara keseluruhan.

Dengan memberikan akses yang lebih luas terhadap tanah, reformasi agraria juga dapat merangsang pertumbuhan ekonomi lokal. Individu yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap tanah dapat memulai usaha pertanian atau usaha lain yang berhubungan dengan sektor pertanian, seperti pengolahan makanan atau industri berbasis pertanian lainnya. Hal ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga meningkatkan pendapatan dan kemakmuran di wilayah tersebut.

Selain itu, reformasi agraria juga berperan dalam pembangunan infrastruktur pedesaan. Dengan adanya kepastian kepemilikan tanah, pemerintah dapat lebih mudah untuk membangun infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi, seperti jalan, irigasi, dan akses ke pasar. Infrastruktur yang memadai ini menjadi kunci untuk menghubungkan wilayah pedesaan dengan pasar dan pusat-pusat ekonomi lainnya, sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Reformasi agraria seringkali diasosiasikan dengan sektor pertanian, namun, penting untuk diakui bahwa dampaknya bisa jauh lebih luas daripada sekadar pertanian. Reformasi agraria non-pertanian memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dengan menciptakan akses yang lebih adil terhadap sumber daya alam dan kesempatan ekonomi untuk berbagai sektor masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun