Mohon tunggu...
Syah Tegar
Syah Tegar Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Mahasiswa

Seseorang Ingin menyampaikan aspirasinya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Quarter Life Crisis dan Mahasiswa Milenial

31 Maret 2021   13:06 Diperbarui: 31 Maret 2021   13:11 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Mungkin kita sering mengalami kegelisahan mengenai pendidikan, karir atau tujuan hidup kita nanti di masa depan. Hal ini merupakan hal yang ternyata lumrah dialami oleh umur awal dewasa sekitar umur 25 sampai 30 tahun. Tetapi, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat, Tak jarang kegelisahan yang biasanya disebut Quarter life crisis ini dapat dialami pula pada usia 18 sampai 22 tahun atau bisa dikatakan usia anak kuliah. Lantas, banyak pertanyaan yang timbul, Mengapa Quarter life crisis ini dapat terjadi?, Apakah Quarter life crisis ini berbahaya?, Bagaimana cara menghadapi Quarter life crisis Bagi mahasiswa milenial? Berikut penjelasan dari opini saya yang dapat membuka cakrawala kita mengenai Quarter life crisis.

Dikutip dari medicinenet.com, Quarter life crisis merupakan krisis emosional yang terjadi saat memasuki usia 20 hingga 30 tahun. Krisis emosional ini bercirikan ragu-ragu akan masa depan dan kualitas hidup dalam berbagai bidang. Bidang-bidang itu di antaranya pekerjaan, asmara, hubungan dengan orang lain, hingga keuangan. krisis perempat baya juga bisa muncul karena berbagai nilai-nilai yang diyakini oleh seseorang. Dan krisis emosional ternyata tidaklah berbahaya bagi kesehatan sebab ini ada fase pembentukan emosional dari usia remaja ke usia dewasa.

Meskipun begitu, tidak sedikit atau bahkan mayoritas orang tidak menyadari dan tidak paham mengenai krisis yang sedang dialaminya. Oleh sebab itu, Banyak orang yang memilih melakukan hal yang bisa dikatakan menyia-yiakan potensi dan berfoya-foya demi kesenangan semata hanya untuk menghilangkan beban pikiran mengenai masa depan yang akan dihadapi di masa mendatang. Perasaan yang campur aduk inilah yang membuat sebagian orang mengalami depresi serta paranoid yang berlebih sehingga tidak cakap dalam menghadapi masalah dan ujian yang dihadapinya.

Sebagai mahasiswa milenial, Saya pribadi juga merasakan hal yang sama. Merasa khawatir, cemas dan bingung apa yang akan dan segera saya lakukan demi hidup yang lebih baik. Kecemasan emosional ini semakin parah ketika melihat orang lain yang sudah sukses padahal sama-sama masih menempuh pendidikan di perguruan tinggi. 

Mahasiswa dimana yang masih mengalami fase transisi dari remaja ke dewasa memiliki tingkat emosional yang sangat labil, Itu sebabnya banyak yang berjuang bertahan mengalami Krisis emosional ini tetapi tidak sedikit pula yang merasa sudah gagal dan mengalami gangguan kecemasan. IPK tidak sesuai ekspektasi, Kuliah terasa hampa, serta teman yang sangat kompetitif menjadi beberapa alasan mengapa banyak mahasiswa merasa dirinya gagal.

Mahasiswa milenial yang sudah dimanjakan dengan teknologi yang berkembang sangat pesat mendapat keuntungan serta kerugian tersendiri. Keuntungan yang didapat adalah Mahasiswa dapat menyalurkan potensi mereka lewat internet seperti menyampaikan aspirasinya lewat Google form, Menayangkan Hobinya di Youtube dan lain sebagainya. 

Tetapi di satu sisi, Ini menjadi kerugian tersendiri sebab banyaknya Kritikan, Komentar dan Cyberbulling yang bisa saja menghancurkan mental Mahasiswa dan bisa saja dengan menurunnya performa mahasiswa dapat berpeluang menurunkan semangat dalam berkuliah dan mengakibatkan Krisis emosional ini menyerang ke mahasiswa yang mengalami mental breakdown tersebut. 

Merasa “ sudah kalah sebelum berperang”, Merasa terkurung di penjara kedepresian, Bimbang dengan rencana jangka panjang serta terasanya bahwa kelebihan dan kekurangan semakin nyata adalah ciri-ciri bahwa seseorang telah mengalami Quarter life crisis. Lalu apakah ad acara menghadapi quarter life crisis ini? Apa saja yang harus dipersiapkan dalam menghadapi krisis ini? Inilah beberapa cara untuk menghadapi krisis perempat baya, dirangkum dari Health dan Psychology Today :

1. Berhenti membandingkan diri dengan orang lain

 Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan membuang-buang waktu dan membuat Anda semakin khawatir. Alih-alih memikirkan kehidupan orang lain, mulailah cari tahu apa yang sebenarnya Anda inginkan dalam hidup. Namun, tanamkan dalam pikiran Anda bahwa jawabannya mungkin tidak akan langsung ada. Fokus saja dengan bagaimana Anda bisa melewati satu hari dengan sebaik-baiknya. Yakinlah bahwa Anda perlahan-lahan akan mengetahui keinginan dan tujuan Anda, bahkan mungkin tanpa Anda sadari.

2. Ubah keraguan menjadi tindakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun