Riwayat yang Tidak Pernah Dipublikasikan
di antara deretan huruf dan tagar,
ada jeda yang tak bisa diterjemahkan,
antara kalimat pembuka dan kalimat penutup
yang sama-sama tidak ingin berakhir.
saya menatap layar,
seolah ia adalah jendela menuju sesuatu
yang tidak bisa saya kunjungi:
sebuah kota yang diselimuti kabut dan hujan tipis,
tempat seseorang menunduk pada cahaya kecil di genggaman.
tidak ada yang benar-benar terjadi,
hanya rangkaian percakapan yang tersimpan di sebuah server,
yang terkadang muncul sebagai arsip,
kadang hilang oleh pembaruan sistem.
dan saya tidak tahu,
apakah yang membuat hati bergetar
adalah dirinya,
atau sekadar kemungkinan untuk dikenal.
karena barangkali setiap pesan
hanyalah bentuk lain dari doa yang tak berbalas,
yang berani kita kirimkan
tanpa tahu kepada siapa ia akhirnya tiba.
mungkin di sana,
seseorang sedang membaca kalimat saya,
dalam jeda di antara rapat dan laporan,
dalam cahaya biru layar yang sama,
dan merasa sedikit,
meski hanya sedikit,
diingat oleh semesta.
Di Balik Nama yang Tidak Pernah Saya Sebut
ada nama yang muncul di halaman rekomendasi,
seperti nasib yang menyelinap lewat algoritma.
saya tidak tahu mengapa ia muncul,
atau mengapa saya tak bisa mengabaikannya.
setiap unggahan terasa seperti surat
yang tidak ditujukan kepada saya,
namun entah kenapa saya membacanya
seperti seseorang yang sedang dipanggil pulang.