Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Dafa dan Sepeda Merah

27 Agustus 2025   15:27 Diperbarui: 28 Agustus 2025   10:49 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bagaimana kalian bisa mengumpulkan bahan sebanyak ini?" tanya Bu Guru.

Mira menunjuk Dafa. "Semua berkat Dafa. Ia berkeliling desa dengan sepeda merahnya. Kalau tidak ada dia, mungkin kami tidak bisa membuat maket sebagus ini."

Semua mata tertuju pada Dafa. Wajahnya merah padam, tapi ia tersenyum malu. Roni yang dulu mengejek hanya bisa menunduk.

Bu Guru berkata, "Lihat, anak-anak. Ini bukti bahwa semangat lebih berharga daripada barang baru. Sepeda tua pun bisa membawa kebaikan jika pemiliknya mau berusaha."

Di akhir lomba, kelompok Dafa keluar sebagai juara pertama. Semua bertepuk tangan. Dafa merasa seperti mimpi. Ia pulang sambil membawa piala kecil di keranjang sepedanya.

Nisa menyambut dengan riang. "Kak, Kak! Kakak hebat! Sepeda merah kita juga hebat!"

Ibu tersenyum bangga, "Ibu selalu tahu kamu anak hebat, Dafa. Teruslah seperti ini."

Malam itu, sebelum tidur, Dafa menatap sepedanya yang bersandar di dinding. Ia berbisik, "Terima kasih, teman. Kita sudah membuktikan bahwa hebat tidak harus sempurna."

Sejak saat itu, anak-anak di desa tidak lagi menertawakan sepeda merah Dafa. Justru banyak yang ingin ikut dengannya saat mengumpulkan barang bekas. Mereka belajar bahwa menjadi anak hebat bukan soal punya barang bagus, tapi soal hati yang mau berusaha, membantu, dan tidak menyerah.

Dafa pun tetap seperti biasa: sederhana, ceria, dan selalu siap menolong. Ia tahu, sepeda merahnya mungkin tak akan selamanya menemaninya. Tapi semangat yang dibawanya, itulah yang akan selalu hidup di dalam dirinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun