Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[PCB] | Permintaan Maaf

23 Januari 2020   14:52 Diperbarui: 23 Januari 2020   15:15 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com/kulturtava

"Kamu menangis. Itu berarti sebagai hal yang lain. Kamu tidak akan pernah bisa membohongiku."

Rusli memasukkan tangannya ke sela-sela jeruji pagar. Mendekatkan jemarinya ke pipi Ratih yang nampak berair dan segar. Namun dengan sigap ratih menghindar.

"Maafkan aku," ucap Rusli menunduk.

"Kamu tahu, kita selalu memiliki pilihan. Sejak awal sudah kukatakan padamu, bukan?"

Rusli hanya menunduk. "Kamu benar."

"Juna. Dialah pilihanku sekarang setelah kamu tidak pernah berani untuk menjadikanku sebagai tujuan. Bahkan selagi kamu memiliki kesempatan untuk melakukannya."

Rusli mengangkat kepalanya.

"Aku mohon jangan menangis di hadapanku."

"Tidak. Aku tidak..." Ratih menghentikan suaranya sejenak. "Lalu apa yang kamu dapatkan sekarang?" tanya Ratih seraya menyapu matanya dengan ujung jilbab.

"Tidak ada, selain kesepian. Orangtuamu memang benar. Aku tidak memiliki bakat untuk menjadi kaya."

Rusli agak tersenyum. Dipandanginya Ratih dengan lebih dalam. Ratih merespon. Memandang Rusli cukup lama sebelum memalingkan matanya ke arah bunga anggrek di sebelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun