Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kaktus, Ikan Cupang, dan Hal-hal Lain untuk Diceritakan

22 Agustus 2019   05:30 Diperbarui: 22 Agustus 2019   05:36 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selepas kepergiannya, saya benar-benar merawat kaktus itu dengan sepenuh hati. Saya jaga dan besarkan dia seperti anak sendiri. Tentu saya tidak ingin kaktus itu mati.

Satu minggu, satu bulan, saya hidup dengan kaktus itu. Memberinya pupuk, menyiramnya dengan air. Kadang saya membawanya ke dalam kamar tidur, kadang saya bersamanya di dalam kamar mandi. Saya juga pernah beberapa kali membawanya ke tempat kerja --ke toko sepatu-- hingga membuat pemilik toko sepatu tempat saya bekerja, yang juga punya kumis model pyramidal itu menjadi bingung.

Begitu juga dengan ibu saya yang geleng-geleng kepala sewaktu melihat saya yang teramat obsesi dengan kaktus itu.

Memasuki bulan kedua, anak kaktus itu tumbuh lebih besar. Duri-durinya juga semakin banyak. Saya sempat bersemangat. Namun tidak lama. Karena di bulan ketiga --entah kenapa-- kaktus itu perlahan layu. Dan beberapa hari setelahnya kaktus itu akhirnya mati.

Hari-hari berikutnya saya merasa sangat kehilangan kaktus itu. Atau mungkin, sebenarnya saya hanya takut apabila perempuan itu tidak akan pernah kembali dan mau mencintai saya lagi.

Saya tidak masuk bekerja selama tiga hari tanpa alasan. Hingga akhirnya saya dipecat.

Semuanya lebih sering berakhir seperti ini, saya pandai membiarkan pergi apa-apa yang saya miliki: kekasih, kaktus, pekerjaan, dan hal-hal lain yang tak bisa saya ceritakan.

"Kamu kenapa?" tanya ibu saya ketika melihat saya yang jadi sering murung sejak kematian kaktus itu.

"Tak apa," jawab saya.

Ibu saya pernah membelikan saya anak kaktus yang baru di pasar. Menentengnya dengan kantung plastik di tangan. Sebagai pengganti kaktus saya yang mati, begitu kata beliau.

"Ini," ucap ibu menyerahkan kantung plastik berisi anak kaktus itu saat saya sedang duduk di kursi sambil menonton film televisi romantis murahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun