***
Hujan sudah reda, ceritaku sudah selesai, Kalani telah pergi. Kukirim naskahku pada pukul tujuh pagi. Dan begitulah cerita bagaimana aku menemukan Kalani di dalam kepalaku sendiri. Kalaniku yang manis, berbibir ranum, berambut sepunggug, berwajah oval dan tidak bisa memasak. Aku menciptakannya; jatuh dari langit dan mendarat di dapur.
Aku sempat bersamanya beberapa hari, membelikannya pizza, mengajaknya makan mi ayam dan nasi goreng, serta membuatnya tidak menyukai aroma durian dan mengajarinya untuk membenci patah hati.
Bagaimana pun aku harus melepaskannya, menyerahkannya pada siapa saja yang membaca, dan membuat mereka semua memahami eksistensi Kalani. Dan alasan kenapa dia dan aku berpisah.