Mohon tunggu...
Syahrani
Syahrani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Baiknya segera memulai. Berhenti berandai-andai.

Kelahiran Banjarmasin, penyuka traveling, nonton dan aktif menulis di media sosial dengan tema pengembangan diri.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Semakin Berharap, Semakin Sakit

22 Mei 2022   06:25 Diperbarui: 22 Mei 2022   06:40 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hati pengen tenang? Jangan berharap kepada manusia.

"Ngomong sih gampang, Pak."

Yesss...Tentu tidak mudah membuang rasa harap kita kepada makhluk.

Ali bin Abi Thalib sendiri pernah mengatakan, "Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia."

Bayangkan, seorang Ali saja yang jelas-jelas dekat dengan nabi Muhammad SAW, kesehariannya bersama beliau, sebagai sepupu, sebagai sahabat, sebagai menantu merasakan bahwa berharap kepada manusia adalah rasa yang paling pahit baginya.

Orang yang sedang jatuh cinta misalnya, mau ngapain aja, selalu terbayang wajahnya, terbayang senyumnya, tentu ia berharap agar suatu saat bersedia diajak ke KUA.

Saat lampu hijau menyala di perempatan jalan, tentu kita berharap agar mobil di depan kita segera jalan agar kita masih sempat melewatinya.

Yang menjadi masalah, ketika kita menggantungkan harapan itu secara berlebihan. Terlalu berharap artinya siap-siap sakit hati, siap-siap kecewa. Semakin berharap, semakin kecewa.

Bagaimana mungkin kita bisa bahagia jika harapan itu kita gantungkan pada orang yang juga masih membutuhkan pengharapan juga.

Agama mengajarkan kepada kita bahwa ada Dzat yang mampu menampung semua harapan kita yaitu Allah SWT.  

Allah tau apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

Sama halnya ketika menawarkan produk jualan kepada seseorang yang menurut kita berpotensi untuk beli. Istilahnya target marketing nih. Eh ternyata sudah dijelaskan panjang lebar, dikasih tester, dikasih testimoni, dikasih diskon, ternyata nggak beli.

Kecewa? Tentu ada, manusiawi itu, namun jangan berlarut-larut. Gagal khan hal biasa. Kalau kita terlalu berharap, hati dongkol, selalu kefikiran, akhirnya malas jualan. ujung-ujungnya mengasihani diri sendiri. Nggak berbakat, nggak bisa, pemalu dll.  

Kata guru Saya, kuncinya adalah perbanyak penawaran. Ketika si A belum beli, kita nawarin ke si B. Si B batal beli, masih ada si C dst yang bisa kita tawarkan. Kadang Allah ganti dengan orang lain yang sama sekali tidak kita kenal. Tau-tau aja nanya produk BP kemudian beli. Ternyata ada orang lain yang ngasih nomor hp kita. Amazing.

Kita inginnya A, ternyata kenyataannya B.

Maunya kita begini, ternyata maunya Allah begitu.

Lakukan saja hal terbaik yang bisa kita lakukan. Lihat saja berbagai kejadian yang kita alami. Apakah berdasarkan skenario kita, atau skenario Allah.

Perbanyak ikhtiar dan tawakkal.

Berharaplah kepada Allah saja, bukan dengan manusia, bukan di mendsos!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun