Pada saat yang sama, Gen Z memerlukan toolkit baru agar etos mereka tidak terkooptasi oleh arsitektur perhatian. Pendidikan ekonomi perlu memasukkan literasi algoritma, etika data, dan penilaian dampak siklus hidup. Penelitian pendidikan menunjukkan bahwa critical digital literacy mengurangi kerentanan terhadap misinformasi dan taktik persuasif yang menyesatkan (Kahne & Bowyer, 2017). Jika dikawinkan dengan kurikulum kewirausahaan berkelanjutan, hal ini bisa mengalihkan energi kreatif Gen Z dari consumption-centric menuju solution-centric.
Untuk menghubungkan etika dan praktik, data resmi domestik penting sebagai jangkar realitas. Di tingkat makro, komposisi demografis (BPS, 2021), adopsi internet (APJII, 2024), dan nilai ekonomi digital (Google-Temasek-Bain, 2023) menyediakan baseline kuantitatif. Di tingkat mikro, pengukuran preferensi dan perilaku harus memadukan survei, digital trace data, dan audit independen rantai pasok agar klaim “hijau” dan “adil” dapat diverifikasi. Tanpa itu, “ekonomi Gen Z” berisiko menjadi jargon pemasaran yang cantik namun hampa.
Pada akhirnya, pertanyaan kuncinya bukan apakah Gen Z peduli etika—banyak bukti menunjukkan mereka peduli—melainkan apakah institusi pasar dan desain teknologi memberi ruang agar kepedulian itu efektif. Literatur mutakhir memperlihatkan bahwa desain kebijakan dan platform dapat “mendorong” (nudge) ke pilihan yang lebih berkelanjutan tanpa mengorbankan otonomi (Johnson et al., 2012). Di sinilah kebijakan publik, tata kelola data, dan inovasi bisnis harus bertemu: menciptakan ekosistem di mana tren, etika, dan teknologi tidak lagi bertabrakan, melainkan berkolaborasi untuk kemaslahatan.
Indonesia memiliki momentum unik: pasar digital besar, generasi muda yang melek teknologi, dan urgensi transformasi hijau. Jika korporasi berani beralih dari komunikasi ke komitmen, dan jika Gen Z membekali idealismenya dengan literasi kritis dan kedisiplinan konsumsi, maka wajah ekonomi baru yang lebih manusiawi bukan sekadar kemungkinan—ia menjadi rancangan kerja.
Daftar Pustaka
Acquisti, A., Brandimarte, L., & Loewenstein, G. (2015). Privacy and human behavior in the age of information. Science, 347(6221), 509–514.
Adomavicius, G., & Tuzhilin, A. (2005). Toward the next generation of recommender systems. IEEE Transactions on Knowledge and Data Engineering, 17(6), 734–749.
APJII. (2024). Laporan Survei Internet Indonesia. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.
Aquino, K., & Reed, A. (2002). The self-importance of moral identity. Journal of Personality and Social Psychology, 83(6), 1423–1440.
Aral, S., & Walker, D. (2012). Identifying influential and susceptible members of social networks. Science, 337(6092), 337–341.
Belk, R. W. (1988). Possessions and the extended self. Journal of Consumer Research, 15(2), 139–168.