Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak, Dunia, dan Cermin Teknologi

14 Oktober 2025   06:45 Diperbarui: 13 Oktober 2025   18:53 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi persepsi anak terhdapa dunia teknologi. (Gambar dibuat dengan AI)

Namun, tidak semua anak begitu. Beberapa masih menampilkan pandangan "poetis", yaitu melihat teknologi dan alam sebagai dua dunia yang bisa berdialog. Anak-anak ini biasanya memiliki lebih banyak pengalaman langsung dengan alam: bermain di luar rumah, bercakap dengan teman, atau membantu pekerjaan keluarga. Mereka lebih sadar bahwa teknologi hanyalah bagian dari kehidupan, bukan pusatnya.

Harapan: Menumbuhkan Kesadaran Kritis Sejak Dini

Penelitian ini tidak ingin menakut-nakuti kita terhadap teknologi. Sebaliknya, penulis menegaskan bahwa anak-anak perlu diajak mengenali teknologi secara reflektif, bukan hanya memakainya. Sekolah dan keluarga dapat menumbuhkan "sikap keterbukaan" terhadap dunia---bahwa teknologi adalah alat untuk mengerti, bukan pengganti pemahaman itu sendiri.

Heidegger menawarkan jalan keluar: manusia harus belajar "membuka bingkai" (to open the frame). Artinya, kita bisa tetap menggunakan teknologi, tetapi dengan kesadaran bahwa dunia tidak berhenti di layar. Dunia adalah sesuatu yang hidup, yang juga bisa membuat kita kagum, bingung, bahkan takut---dan itu semua bagian dari menjadi manusia.

Anak-anak perlu ruang untuk bertanya tanpa takut salah, waktu untuk bermain tanpa tujuan, dan kesempatan untuk gagal tanpa langsung dinilai. Di sanalah tumbuh kemampuan berpikir reflektif---yang menjadi benteng alami terhadap enframing.

Apa yang Bisa Kita Lakukan sebagai Orang Dewasa

Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini menjadi cermin penting. Kita semua kini hidup dalam dunia enframed: menilai segala hal dari efisiensi dan manfaat. Bahkan anak-anak kita kita arahkan sejak dini agar "produktif" dan "berprestasi," seolah hidup adalah lomba algoritmik.

Padahal, kata Heidegger, yang paling manusiawi justru ketika kita berhenti sejenak dari hiruk-pikuk efisiensi itu. Duduk bersama anak, berbicara tanpa tujuan, berjalan tanpa peta, atau membiarkan anak bertanya tentang hal-hal yang tidak bisa dijawab mesin. Itulah momen di mana kita keluar dari bingkai dan kembali ke kemanusiaan kita sendiri.

***

Penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi anak-anak terhadap dunia teknologi adalah cermin masa depan kita sendiri. Mereka tidak hanya belajar dari teknologi, tetapi sedang dibentuk olehnya---cara berpikir, merasakan, dan berimajinasi mereka. Pertanyaannya: apakah kita akan membiarkan mereka melihat dunia hanya sebagai layar, atau membantu mereka menemukan kembali makna di balik cahaya layar itu?

Seperti kata Heidegger, teknologi memang membuka dunia, tetapi juga bisa menutupinya. Tugas kita adalah memastikan anak-anak tumbuh bukan di dalam bingkai, melainkan di dunia yang tetap punya ruang untuk keheningan, keajaiban, dan rasa ingin tahu yang tulus.

Referensi

Reich, V. M., Kemp, P. E., Hamer, J. M., & Copsey-Blake, M. (2025). Children’s Perception of the World of Technology: Through the Lens of Heidegger. Philosophy & Technology, 38(4), 127. https://doi.org/10.1007/s13347-025-00959-5

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun