"Jika pasangan bertambah usia dengan rumus X, maka kamu boleh memilih rumus sendiri---asal hasilnya bikin kamu lebih muda dari kenyataan."
Bayangkan betapa dunia akan damai jika teori ini diterapkan secara massal:
Laporan keuangan negara: "Utang kita memang naik, tapi kita hitungnya pakai sistem akar kuadrat, jadi hasilnya stabil."
-
Nilai ujian mahasiswa: "Dari 40 jadi 80, karena saya belajar dua kali lebih keras. Kan logikanya begitu, Pak."
Harga cabai: "Naik 100%, tapi tenang, secara spiritual tetap terasa murah."
Tentu, para ahli matematika bisa protes. Tapi mereka tidak bisa menandingi daya tarik wanita yang berkata, "Saya 36," sambil menatap dengan keyakinan dan bedak glowing dari pasar malam.
Karena pada akhirnya, ini bukan soal angka. Ini soal rasa. Dan rasa itu tidak bisa dihitung dengan logika. Rasa ingin tetap muda, rasa ingin tetap dicintai, rasa ingin terlihat menawan di status Facebook dan reuni RT. Usia hanyalah angka, kata pepatah. Tapi bagi Ibu Mukidi, usia juga bisa jadi perkalian yang menyesuaikan mood.
Jadi, lain kali kalau ada yang bertanya soal umurmu, jangan gugup. Jawab saja dengan gaya Mukidi:
"Suami saya sekarang 60, jadi saya 42. Kenapa? Ya karena dulu saya 21. Dikali dua, dong. Saya juga bisa matematika, Mas."
Dan kalau ada yang ragu? Ambil kalkulator. Bukan untuk menghitung, tapi untuk menunjukkan bahwa kamu serius dalam berpikir... walau hasilnya ngawur.
Kalau hidup ini tak bisa membuat kita muda kembali, setidaknya biarlah logika absurd memberi kita alasan untuk tertawa. Terima kasih, Bu Mukidi, engkau telah membuka jalan menuju masa depan---yang selalu bisa dikali dua.