Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Surabaya Pilihan

Memahami Kata "Kemalan"

7 Februari 2025   23:59 Diperbarui: 7 Februari 2025   23:26 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan, ada satu kata dalam bahasa Suroboyoan yang punya daya magis: "kemalan." Bagi yang belum paham, kemalan ini adalah bakat unik---kombinasi antara sok tahu, pamer, dan percaya diri level dewa, meskipun kadang modalnya cuma nekat.

Coba bayangkan, Anda sedang duduk santai di warung kopi, lalu datang seorang teman yang langsung nyeletuk, "Aku wis ngerti, iki gampang, rek!" Padahal, baru dua detik yang lalu dia juga googling jawabannya. Itulah contoh nyata dari kemalan yang otentik dan tidak dibuat-buat.

Fenomena kemalan ini sebenarnya bisa menjadi ilmu terapan. Kalau bisa dikelola dengan baik, orang kemalan bisa sukses jadi motivator, influencer, atau minimal bintang di grup WA keluarga. Bayangkan seorang pemuda yang belum pernah ke luar negeri, tapi kalau ngobrol soal visa dan perjalanan internasional, levelnya sudah seperti duta besar. Atau seseorang yang baru belajar bisnis satu minggu tapi sudah membahas "scalability" dan "market disruption" dengan penuh wibawa.

Namun, perlu diingat bahwa kemalan yang tidak terkontrol bisa berbahaya. Kalau terlalu sering, bisa berujung kehilangan teman atau, lebih buruk lagi, menjadi bahan gibah di tongkrongan. Tingkat akut dari kemalan ini biasanya ditandai dengan kalimat seperti "Percaya aja, aku wis pengalaman!", padahal pengalamannya hanya dari video TikTok yang berdurasi 30 detik.

Jadi, apa kesimpulannya? Kemalan itu ibarat MSG dalam kehidupan. Kalau sedikit, bisa bikin suasana jadi seru dan berbumbu. Tapi kalau kebanyakan? Ya siap-siap aja ditinggal teman atau di-unfollow dari grup WA. Maka, kalau merasa ada bibit kemalan dalam diri Anda, gunakan dengan bijak. Jangan sampai kita dikenal bukan karena prestasi, tapi karena sok tahu tanpa solusi.

Ojok kemalan, rek!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun