Mohon tunggu...
Syahar Banu
Syahar Banu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Falsafah dan Agama Universitas Paramadina | Bisa dijumpai juga di syaharbanu.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ibu Aminah, Saksi Hidup Potret Suram Tragedi Tanjung Priok 1984

10 September 2013   15:10 Diperbarui: 12 Januari 2023   12:42 6576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1378800154560726317

Tatapan wanita itu masih tajam. Wajahnya tidak setua usia yang telah menelannya. Wanita yang lahir pada tanggal 4 Januari 1958 itu tidak terlihat sama sekali bahwa Ia dulunya adalah seorang bekas narapidana yang karena mendapat tekanan psikis, akhirnya masuk rumah sakit jiwa.

Menjadi tahanan tanpa proses pengadilan sama sekali di penjara umum dan menjadi satu-satunya korban wanita memang bukan hal mudah. Apalagi saat itu, ada banyak suara-suara teriakan kesakitan dari narapidana laki-laki yang dipaksa mengaku oleh aparat.

“Setiap ada teriakan, saya selalu berfikir, mungkin itu adalah kakak saya yang sedang di interogasi. Saya selalu bertanya-tanya, mungkinkah besok saya akan mengalami penyiksaan itu Apakah kakak saya masih hidup? Kapankah saya akan bertemu dengan keluarga saya lagi? Memikirkan itu sudah membuat saya stress berat," tuturnya dengan pandangan menerawang.

Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa peristiwa di Tanjung Priok tahun 1984 masih menyisakan banyak kisah yang luput ditulis oleh buku-buku sejarah.

Saat itu, ada satu wanita yang ikut ditahan dan mengalami tekanan berat dari aparat militer. Ia adalah Aminatun Najariyah. Ibu Aminah –begitu biasanya Ia disapa- adalah saksi hidup kelamnya persoalan HAM di Indonesia pada masa Orde Baru yang sampai sekarang belum juga selesai.

Bagaimana tidak? Dipenjara tanpa bukti yang kuat dan tanpa pengadilan saja sudah merupakan pelanggaran HAM yang berat, apalagi ditambah dengan penyiksaan psikis.

“Di dalam penjara milter itu, saya tidak bisa mandi karena ada saja petugas yang iseng bersiul-siul setiap kali saya ingin ke kamar mandi, membuat saya merasa tidak aman. Takut diintip. Apalagi itu adalah penjara umum yang saat itu isinya semua laki-laki. Setiap kali mandi, saya akhirnya menggunakan pakaian lengkap dengan air yang kadar kapurnya sangat tinggi. Tidak ada peralatan kebersihan tubuh yang bisa saya gunakan, akhirnya saya tidak pernah sikat gigi sama sekali maupun membersihkan tubuh yang lain. Gusi saya juga jadi busuk.” Ujarnya nanar.

Di balik rusuhnya Tanjung Priok saat tragedi berdarah Tanjung Priok bergemuruh, Ibu Aminah sedang berada di rumah yang Ia tinggali bersama kakak kandung beserta istrinya. Tiba-tiba rumah didobrak oleh sekelompok petugas berseragam militer dan mencari kakaknya Abdul Bashir. Mereka mengacak-acak rumah berdalih mencari tanda bukti pemberontakan kepada negara dengan tujuan mendirikan negara Islam dan membubarkan NKRI. Saat itu, isu tentang asas tunggal Pancasila memang sedang ramai dibicarakan.

“Kakak saya saat itu ditangkap. Padahal Ia tidak tahu apa-apa. Memang beberapa kali Ia mengikuti pengajian di Masjid bersama Amir Biki, namun setahu saya sama sekali tidak membahas tentang negara Islam. Hanya pegajian masjid biasa. Saat mereka akan meninggalkan rumah, saya dan kakak Ipar saya yang ketakutan dan menggunakan jilbab seadanya saat itu dihampiri juga oleh petugas. Saya akhirnya ikut diangkut, dipaksa ikut ke dalam mobil petugas. Saya semakin takut ketika mereka mulai memandangi saya dengan tatapan nakal dan beberapa kali berbisik tentang ‘cantik’ ‘bagian bos’ dan sebagainya.”

Sebagai dalih penangkapan itu, para tentara militer menyita peralatan Ibu Aminah yang saat itu merupakan pengusaha pembuat kue. Segala macam pisau, gunting mixer dan berbagai peralatan yang ada di pabrik kue diambil oleh para militer itu sebagai barang bukti makar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun