Mohon tunggu...
Satrio Wahono
Satrio Wahono Mohon Tunggu... magister filsafat dan pencinta komik

Penggemar komik lokal maupun asing dari berbagai genre yang kebetulan pernah mengenyam pendidikan di program magister filsafat

Selanjutnya

Tutup

Bola

Manchester United, Kembalilah Ke Filosofi Kesuksesan Sir Alex Ferguson

17 September 2025   08:37 Diperbarui: 17 September 2025   08:37 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sir Alex Ferguson pada 2006 (Sumber: Wikipedia)

Bagi siapa pun penggemar tim sepak bola Manchester United (MU) seperti saya, pasti hatinya remuk redam melihat kinerja si Setan Merah yang tak lagi menakutkan itu seorang ini. Bayangkan saja, setelah hampir degradasi musim lalu dengan finis di posisi ke-15 klasemen, skuad Ruben Amorim belum menunjukkan prospek menggembirakan di Premiere League ataupun ajang kompetisi lain musim ini. 

Dalam lima pertandingan terakhir, MU hanya memetik satu kemenangan, itu pun dari tim gurem Burnley. Selebihnya, satu kali seri dan tiga kali kalah. Bahkan yang memalukan, dalam derbi terakhir melawan Manchester City, MU menelan kekalahan 0 - 3.

Keterpurukan ini menambah kurun panjang paceklik prestasi MU sepeninggal kepemimpinan manajer legendaris Sir Alex Ferguson. Dari David Moyes hingga Ruben Amorim, prestasi terbaik MU hanyalah runner-up liga premiere di bawah asuhan Ole Gunnar Solskjaer dan trofi dunia sekunder UEFA Cup di bawah komando Jose Mourinho.

Hancurlah warisan Sir Alex Ferguson. Betapa tidak, Sir Alex adalah legenda hidup yang setia membangun satu tim, Manchester United, selama 26 tahun (dari 1986 hingga pensiunnya pada musim 2012) menjadi kekuatan menakutkan dengan raihan gelar sederet: di antaranya 20 kali juara liga Inggris, dua kali gelar Piala Champions, dan lima piala FA. 

Karena itu, tim Setan Merah harusnya melakukan refleksi serius dan berbenah. Salah satunya dengan kembali menengok filosofi kesuksesan Sir Alex.

Resep sukses

Setidaknya ada sejumlah resep sukses Sir Alex. Pertama, Sir Alex selalu mengutamakan aspek gelora batin (passion) terlebih dulu dalam memoles pemain-pemainnya. Artinya, menanamkan karakter dan motivasi pada diri bawahan dan personel sumber daya manusia adalah sendi utama resep sukses Sir Alex. Jadi, kemenangan dan popularitas serta gelimang uang bukanlah hal utama untuk ditanamkan Sir Alex kepada para pemainnya.

 Kedua, Sir Alex menjalankan disiplin dan latihan fisik tanpa kenal kompromi kepada para pemainnya. Di awal karier kepelatihannya bersama MU, misalnya, Sir Alex mewarisi satu tim yang penuh dengan pemain bermental lemah yang kurang bugar dan suka mabuk-mabukan. Tanpa kenal ampun, Sir Alex menjalankan latihan spartan bersama asisten pelatih Archie Knox. Siapa saja yang berani mangkir atau membangkang akan "disikat." 

Ketiga, Sir Alex selalu mengutamakan perekrutan pemain dari bibit-bibit muda yang masih mentah. Jadi, dia tidak terlalu suka membeli pemain-pemain bintang yang sudah jadi sebagai ujung tombak kesebelasannya. Justru, Sir Alex mencari pemain-pemain di klub gurem untuk diorbitkan sebagai bintang. Atau, merekrut dari akademi MU seperti yang terbukti dari angkatan Class of '92 yang legendaris dan mempersembahkan treble juara Premier League, Piala FA, dan Piala Champions pada 1999.

Teddy Sheringham, Peter Schmeichel, Park Ji-Sung, Edwin Van Der Sar, dan lain-lain adalah contoh kejelian Sir Alex memilih pemain potensial dari klub lain. Dari segi ini, Sir Alex memiliki pakem yang sama dengan pelatih legendaris lain seperti Arsene Wenger (Arsenal). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun