Dalam hidupnya, semua orang pasti pernah merasakan nyeri, baik derajatnya ringan, sedang, maupun berat. Nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri gigi adalah contoh nyeri yang paling umum. Ada yang mengalami nyerinya itu sesekali saja alias akut, ada juga yang berkepanjangan atau kronis. Khusus nyeri kronis, itu biasanya terkait dengan penyakit degeneratif, seperti hipertensi (umum menyebabkan nyeri kepala dan dada), diabetes (nyeri saraf kesemutan), hiperkolesterolemia (nyeri tengkuk dan kepala), dan asam urat tinggi (nyeri persendian).
Kalau kita berkonsultasi ke tenaga medis, dokter biasanya meresepkan obat antinyeri atau antinflamasi untuk kita minum. Tentu obat sintetis medis itu memiliki manfaat ampuh yang teruji. Namun, ada satu lagi terapi yang bisa menjadi komplementer (pelengkap terapi medis) atau bahkan menggantikan terapi utama, yaitu terapi zikir.
Penelitian ilmiah memang sudah membuktikan bahwa doa dan zikir yang membangkitkan energi spiritual dapat ikut membantu proses penyembuhan secara signifikan. Setidaknya, ini diakui oleh penelitian D.F. Larson pada 1992 berjudul "Religious Commitment and Health" (dalam Prof. Dadang Hawari, Doa dan Dzikir sebagai Pelengkap Terapi Medis, Dana Bhakti Primayasa, 1997, hal. 3). Alhasil, doa dan zikir telah diakui komunitas kedokteran sebagai bagian integratif dari proses terapi medis holistis. Bahkan, Prof Dadang Hawari pernah mengusulkan dokter untuk bisa meresepkan amalan doa atau zikir sebagai obat bagi pasien mereka.
Kajian ilmiah medis
Jika satu penelitian medis di atas serasa belum cukup untuk mengakui kekuatan zikir sebagai terapi, ada satu kajian ilmiah medis lain yang dilakukan seorang dokter spesialis saraf, dr. Arman Yurisaldi Saleh, SpS. Beliau menuangkan kajiannya tentang manfaat zikir tauhid (laa ilaaha illallaah) dan istighfar (astaghfirullah) sebagai terapi nyeri saraf dalam buku berjudul Berzikir untuk Kesehatan Saraf (Penerbit Zaman, 2009). Dalam penelitiannya tersebut, ada beberapa hal menarik terkait keampuhan zikir untuk mengatasi nyeri:
1. Ada hubungan erat antara pelafalan huruf (makhaarij al-huruuf) pada bacaan zikir dan tampilan klinis seseorang. Pada penderita psikosomatis (gangguan kejiwaan yang berefek pada penyakit fisik), penderita depresi pasca-stroke, pasien penderita nyeri berkepanjangan (kronis), dan fibromialgia (pasien mengalami nyeri pada otot-otot tubuhnya), pasien yang suka berzikir mengalami perbaikan yang lebih cepat dibandingkan yang tidak.
2. Menzikirkan kalimat tauhid dan istighfar secara spesifik mempercepat penyembuhan pasien dibandingkan pada mereka yang tidak berzikir.Â
3. Kalimat tauhid dan istighfar lebih mempercepat penyembuhan dibandingkan kalimat zikir lain karena kedua kalimat itu mengandung huruf jahr (huruf yang dilafalkan dengan jelas dan kuat) lebih banyak, yaitu tujuh dalam kalimat tauhid dan empat dalam kalimat istighfar. Hubungan pelafalan huruf jahr dengan terapi nyeri terjadi karena menzikirkan kalimat dengan huruf jahr yang banyak akan mengeluarkan karbondioksida lebih banyak saat udara diembuskan keluar dari mulut. Hal demikian akan sesaat menyempitkan diameter pembuluh darah dalam otak dan memantik pemasukan oksigen sebanyak-banyaknya ke dalam otak sehingga pembuluh daerah menuju otak melebar dan meringankan nyeri serta menyegarkan otak.
4. Zikir meredakan gangguan atau tekanan psikis (stres) seseorang, di mana stres itu berbahaya karena membuat tubuh melepaskan racun saraf (neurotoksin) yang mengganggu fungsi metabolisme sel dan merusak mitokondria sebagai pusat pernapasan sel. Ketika stres itu mereda akibat zikir, terutama zikir kalimat tauhid dan istighfar, pasokan oksigen akan masuk dalam jumlah besar untuk mengaktifkan kerja normal mitokondria. Akibatnya, nyeri akan mereda dan tubuh kembali segar.
5. Subjek penelitian seorang pasien penderita kepala nyeri tegang kronis mengalami perbaikan ketika menzikirkan secara rutin kalimat istighfar sebanyak minimal 100 kali di pagi hari. Ini terjadi karena zikir mampu menenangkan beban psikis sang pasien. Menurut ilmu medis, beban psikis inilah yang sering memicu respons tubuh berupa ketegangan otot yang kemudian merangsang suatu jenis serabut saraf pengirim rangsang nyeri ke otak. Juga, mengganggu keseimbangan kadar serotonin, norepineprin, maupun juga endokanabioid di dalam tubuh, di mana ketiganya merupakan morfin alami yang bekerja di dalam otak untuk meringankan nyeri. Jadi, jika beban psikis itu reda karena zikir, keseimbangan morfin alami pun terjaga demi meringankan nyeri.